TUGAS MANDIRI |
GURU PENGAMPU MATA PELAJARAN |
Pengantar Akuntansi |
Hj. Maspiati |
Teori Akuntansi Tentang Prinsip Dan Konsep Dasar Akuntansi
Disusun Oleh
Nama |
SAEDDAH |
NIS / NISN |
1513016 / 9996267435 |
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3
JURUSAN PEMASARAN
BANJARMASI N
2015 / 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Akuntansi merupakan suatu ilmu yang di
dalamnya berisi bagaimana manusia berfikir sehingga menghasilkan suatu kerangka
pemikiran konseptual tentang prinsip, standar, asumsi, teknik, serta prosedur
yang ada dijadikan landasan dalam pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan
tersebut harus berisi informasi-informasi yang berguna dalam memantu
pengambilan keputusan bagi para pemakainya.
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita
sadari, sesungguhnya kita telah menggunakan jasa akuntansi. Ketika seorang
pemilik warung mencatat pembelian barag dagangannya, mencatat siapa saja yang
berhutang da warungnya, memisahkan kotak antara uang yang masuk dari hasil
penjualan dengan kotak uang yang dialokasikan untuk belanja kebutuhan barang
dagangan dan kebutuhan operasional di warungnya. Maka, pada dasarnya pemilik
warung tadi telah menerpkan teknik akuntansi. Penerapan pengetahuan di bidang
akuntansi tentu semakin luas dan kompleks jika dihadapkan pada bisnis dengan
skala yang lebih besar.
Seperti ilmu-ilmu lainya, ilmu akuntansi
juga berkembang sesuai perkembangan teknologi dan peradaban manusia. Selain
itu, faktor kebutuhan juga ikut serta dalam perkembangan akuntansi itu sendiri.
Akan tetapi, baik akuntansi maupun ilmu-ilmu lain tidak berkembang dengan
sendirinya tanpa adanya hal yang cukup berarti yang dapat mendorong akuntansi
tersebut berkembang dan bertahan hingga sekarang.
Pada pembahasan kali ini kelompok 4 akan
membahas mengenai prinsip-prinsip akuntansi dan kebenaran dalam akuntansi. Jadi
makalah ini kami beri judul “ prinsip-prinsip
akuntansi dan kebenaran dalam akuntansi “.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan pada uraian latar belakang di
atas, penulis dapat mengangkat permasalahan dalam makalah ini yaitu :
1.2.1)
Apakah prinsip-prinsip akuntasi ?
1.2.2)
Bagaimana kebenaran dalam akuntansi itu ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka
penulis merasa perlu mencantumkan tujuan dalam penulisannya agar penulisan
makalah ini lebih terarah pada sasaran yang akan dicapai. Tujuan penulisan
tersebut yakni untuk mendapatkan gambaran yang pasti tentang prinsip-prinsip
akuntansi dan kebenaran dalam akuntansi.
1.4 Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat yang penulis harapkan
dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1.
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang seluk beluk ilmu akuntansi.
2.
Meningkatkan rasa disiplin dan tanggung jawab dalam menyelesaikan suatu masalah
atau pekerjaan yang dibebankan orang lain kepada penulis.
3. Sebagai
bahan bacaan dan acuan bagi diri sendiri, rekan-rekan, serta generasi yang akan
datang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
2.1.1.
Prinsip biaya
Menurut prinsip biaya (cosf principle), biaya perolehan/akuisisi
(acquisition cost) atau biaya historis adalah dasar penilaian yang sesuai untuk
mengakui akuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas.
Dengan kata lain, suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran pada tanggal
akuisisi dan dicatat dalam laporan keuangan pada nilai itu atau pada nilai
setelah amortisasi. Oleh karena itu, APB Statement No. 4 mendefinisikan biaya
sebagai berikut:
Biaya (cosf) adalah jumlah, yang diukur dalam uang, dari kas yang
dikeluarkan atau property lain yang ditransfer, modal saham yang dikeluarkan,
jasa yang diberikan, atau kewajiban yang terjadi, dalam hubungannya dengan
barang atau jasa yang telah atau akan diterima. Biaya (dan atau aktiva) yang
belum habis masa berlakunya adalah biaya (dan atau aktiva) yang berkaitan
dengan produksi pendapatan di masa depan. ... Biaya yang sudah habis masa
berlakunya tidak berkaitan dengan produksi pendapatan di masa depan, dan oleh
karena itu diperlakukan sebagai pengurang dari pendapatan sekarang atau dibebankan
terhadap laba ditahan.
Biaya mencerminkan harga pertukaran dari, atau pengorbanan moneter
yang diberikan untuk akuisisi dari, barang atau jasa. Jika pengorbanan tersebut
melibatkan aktiva nonmoneter, maka harga pertukaran adalah ekuivalen kas dari
aktiva atau jasa yang diserahkan. Prinsip biaya juga dapat diterapkan terhadap
pengukuran transaksi kewajiban dan modal.
Prinsip biaya dapat dibenarkan dalam hal objektivitasnya maupun
Pertama dalil kelangsungan usaha. biaya akuisisi adalah informasi yang objektif
dan dapat diverifikasi. Kedua, dalil kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa
entitas tersebut akan melanjutkan aktivitasnya dalam jangka waktu yang tidak
terbatas sehingga meniadakan kebutuhan
untuk menggunakan nilai sekarang atau nilai likuidasi guna penilaian aktiva.
validitas yang kurang kuat dari dalil unit pengukuran, yang
mengasumsikan bahwa daya beli dari dolar adalah stabil, merupakan keterbatasan
utama terhadap penerapan prinsip biaya. Penilaian biaya historis dapat
menghasilkan angka yang salah jika perubahan dalam nilai aktiva seiring dengan
berjalannya waktu diabaikan. Secara serupa, ,nilai aktiva yang dibeli pada
waktu yang berbeda dalam suatu periode di mana daya beli dolar berubah tidak
dapat digabungkan bersama-sama di neraca dan memberikan hasil yang berarti.
2.1.2.
Prinsip pendapatan
Prinsip pendapatan (revenue principle) menspesifikasi:
1. hakikat dari komponen-komponen
pendapatan;
2. pengukuran pendapatan; dan
3. penentuan waktu dari pengakuan
pendapatan,
Setiap fakta dari
prinsip pendapatan menimburkan masalah yang menarik dan controversial dalam
teori akuntansi.
Hakikat dan komponen-komponen
pendapatan
Pendapatan telah diinterpretasikan sebagai:
1. arus masuk aktiva bersih yang
dihasilkan dari penjualan barang atau jasa;
2. arus keluar barang atau jasa dari
perusahaan ke pelanggannya; dan
3. produk perusahaan yang dihasilkan
dari penciptaan barang atau jasa oleh usaha selama periode waktu tertentu.
Hendriksen mempertimbangkan bahwa:
1. konsep produk lebih superior
dibandingkan dengan konsep arus keluar, yang lebih superior dibandingkan dengan
konsep arus masuk; dan
2. konsep produk adalah netral dalam
hal pengukuran (jumlah) dan penentuan waktu (tanggal pengakuan) dari
pendapatan, tetapi konsep arus masuk membingungkan baik pengukuran maupun
penentuan waktu dengan proses pendapatan.
Interpretasi yang berbeda dari hakikat pendapatan semakin
diperburuk oleh pandangan-pandangan yang berbeda mengenai apa yang sebaiknya
dimasukkan dalam pendapatan. Pada dasarnya, ada dua pandangan mengenai
komponen-komponen pendapatan. Pandangan luas atau komprehensif dari pendapatan
memasukkan semua penghasilan dari aktivitas bisnis dan investasi. Pandangan ini
mengidentifikasikan semua perubahan dalam aktiva bersih yang berasal dari
aktivitas penghasil pendapatan dan keuntungan atau kerugian lainnya yang
berasal dari penjualan aktiva tetap dan investasi sebagai pendapatan.
Menerapkan pandangan ini, Accounting Terminology Bulletin No.2 mendefinisikan
pendapatan (revenue) sebagai berikut:
Pendapatan berasal dari penjualan barang dan penyerahan jasa serta diukur
dengan pembebanan yang dikenakan kepada pelanggan, klien, atau penyewa untuk
barang dan jasa yang. disediakan bagi mereka. Pendapatan juga mencakup
keuntungan dari penjualan atau pertukaran aktiva (selain saham yang
diperdagangkan), bunga, dan dividen yang diperoleh dari investasi, dan
peningkatan lainnya dalam ekuitas pemilik kecuali yang berasal dari kontribusi
modal dan penyesuaian modal
Pandangan yang lebih sempit dari pendapatan hanya memasukkan hasil
dari aktivitas penghasil pendapatan dan mengeluarkan laba investasi serta
keuntungan dan kerugian dari penjualan aktiva tetap. Pandangan ini mengharuskan
pemisahan yang jelas, dibuat antara pendapatan dengan keuntungan dan kerugian.
Dengan mengadopsi pandangan yang lebih sempit dari pendapatan, American
Accounting Association pada pernyataan tahun 1957 mendefinisikan laba bersih
(net income) sebagai:
“kelebihan dari kekurangan pendapatan dibandingkan dengan biaya yang
telah habis masa berlakunya serta keuntungan dan kerugian bagi perusahaan dari
penjualan, pertukaran, atau konversi lainnya dari aktiva”.
Pengukuran pendapatan
Pendapatan diukur dalam hal nilai dari produk atau jasa yang
dipertukarkan dalam transaksi "wajar" (arm’s length). Nilai ini
mewakili ekuivalen kas bersih atau nilai sekarang terdiskonto atas uang yang
diterima atau akan diterima dalam pertukaran dengan produk atau jasa yang
ditransfer oleh perusahaan kepada pelanggannya. Dua interpretasi utama yang
timbul dari konsep pendapatan ini:
1. Diskon kas dan pengurangan apa pun
dalam harga tetap, seperti kerugian dari piutang tak tertagih, adalah
penyesuaian yang diperlukan untuk menghitung ekuivalen kas bersih atau nilai
sekarang terdiskonto atas klaim uang yang sebenarnya dan sebagai
konsekuensinya, harus dikurangi ketika menghitung pendapatan. (Interpretasi ini
berlawanan dengan pandangan bahwa diskon kas dan kerugian dari piutang tak
tertagih sebaiknya dianggap sebagai beban.)
2. Untuk transaksi nonkas, nilai
pertukaran ditetapkan setara dengan nilai pasar wajar dari pengorbanan yang
diberikan atau diterima, mana yang lebih mudah dan lebih jelas untuk dihitung.
Penentuan waktu dari pengakuan
pendapatan
Pada umumnya diakui bahwa pendapatan dan laba diperoleh sepanjang
seluruh tahapan dari siklus operasi (yaitu, selama penerimaan pesanan,
produksi, penjualan, dan penagihan).dengan adanya kesulitan dalam
mengalokasikan pendapatan dan laba ke tahapan yang berbeda dari siklus operasi,
akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk memililih "kejadian
penting" (critical evenf) dalam siklus tersebut untuk penentuan waktu
pendapatan dan pengakuan laba. Kejadian penting tersebut dipilih untuk
mengindikasikan kapan perubahan tertentu dalam aktiva dan kewajiban dapat
dipertanggungjawabkan secara memadai.
Definisi awal dari prinsip realisasi (rearization) adalah:
Arti penting dari realisasi adalah bawah suatu perubahan dalam
aktiva atau kewajiban telah menjadi cukup pasti dan objektif untuk membenarkan
pengakuan dalam akun-akun. Pengakuan ini dapat tergantung pada transaksi
pertukaran antara pihak-pihak yang independen, atau pada praktik perdagangan
yang sudah mapan, atau pada persyaratan dari suatu kinerja kontrak yang
dianggap kelihatan cukup pasti.
Hakikat yang luas dari pernyataan ini telah menyebabkan akuntan
mencari aturan-aturan atau pertimbangan-pertimbangan spesifik yang diperlukan
untuk pengakuan atas perubahan aktiva dan kewajiban tertentu Tentu saja,
prinsip realisasi dan kriteria terkait untuk pengakuan perubahan dan aktiva
kewajiban memiliki interpretasi yang berbeda-beda. Sebagaimana dilaporkan oleh
American Accounting Association committee tahun 1973- 1974 mengenai concepts
and standards External Reporting,kriteria spesifik untuk pengakuan pendapatan
dan laba adalah;
1. diperoleh, dalam satu pengertian
atau yang lain;
2. dalam bentuk yang dapat
didistribusikan;
3. hasil dari konversi yang
ditetapkan dalam transaksi antara perusahaan dengan pihak eksternal;
4. hasil dari penjualan secara legal
atau dari proses yang serupa;
5. terpisah dari modal;
6. dalam bentuk aktiva yang likuid;
7. baik dampak kotor maupun bersihnya
atas ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasikan dengan tingkat keandalan
yang tinggi.
2.1.3.
Prinsip Pengaitan
Prinsip pengaitan (matching principle) menganggap bahwa beban
sebaiknya diakui dalam periode yang sama dengan pendapatan terkait; yaitu,
pendapatan diakui dalam suatu periode tertentu menurut prinsip pendapatan, dan
beban terkait kemudian diakui. Asosiasi ini paling baik dilakukan ketika hal
tersebut mencerminkan hubungan sebab akibat antara biaya dan pendapatan. Secara
operasional, proses asosiasi terdiri atas proses dua tahap untuk akuntansi
beban. Pertama, biaya dikapitalisasi sebagai aktiva yang mencerminkan gabungan
potensi atau manfaat jasa. Kedua, setiap aktiva dihapus sebagai beban untuk
mengakui proporsi dari aktiva potensi jasa yang telah habis masa berlakunya
dalam menghasilkan pendapatan selama periode ini. Dengan demikian, akuntansi
akrual dan bukannya akuntansi kas yang diimplikasikan oleh prinsip pengaitan
dalam hal kapitalisasi dan alokasi.
Asosiasi antara pendapatan dengan beban tergantung pada salah satu
dari empat kriteria berikut ini:
1. Pengaitan langsung dari biaya yang
habis masa berlakunya dengan suatu pendapatan (misalnya, harga pokok penjualan
dikaitkan dengan penjualan terkait).
2. Pengaitan langsung dari biaya yang
telah habis masa berlakunya pada periode tersebut (misalnya, gaji pimpinan
perusahaan untuk periode tersebut).
3. Alokasi biaya sepanjang periode
yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut (misalnya, depresiasi).
4. Membebankan semua biaya lainnya
dalam periode terjadinya, kecuali dapat ditunjukkan bahwa biaya-biaya tersebut
memiliki manfaat masa depan (misalnya, beban iklan).
Biaya yang belum habis masa berlakunya (yaitu, aktiva) yang tidak
memenuhi salah satu dari keempat kriteria untuk membebankan ke periode berjalan
dapat dibebankan ke periode masa depan dan dapat diklasifikasikan dalam
kategori yang berbeda sesuai dengan penggunaannya yang berbeda dalam
perusahaan. Penggunaan yang beraneka ragam seperti itu dapat menjustifikasi
perbedaan dalam penerapan prinsip pengaitan.
Sekarang akan dibahas mengenai kategori aktiva dan biaya utama
serta aturan terkait untuk penentuan waktu dari beban.
Biaya produksi barang Jadi untuk
dijual
Biaya produksi barang jadi untuk dijual umumnya meliputi bahan
baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Proses dua tahap digunakan
untuk mempertanggungjawabkan biaya-biaya ini:
1. penilaian persediaan, atau
penentuan biaya produk yang melekat ke produk tersebut; dan
2. penentuan laba, atau pengaitan
biaya produk dengan pendapatan.
Ketika menentukan jumlah penilaian persediaan, masalahnya adalah
menentukan biaya manakah yang merupakan biaya produk (karena biaya tersebut
memberikan manfaat ke masa depan dan sebaiknya dikapitalisasi sebagai
persediaan) dan biaya manakah yang merupakan biaya periode tersebut (karena
biaya tersebut hanya memberikan manfaat bagi periode berjalan saja.dan
sebaiknya dibebankan terhadap laba periode berjalan). Metode perhitungan biaya
penyerapan (atau penuh) dan metode perhitungan biaya langsung menghasilkan jawaban
yang berbeda.
Metode perhitungan biaya (penuh) (absorption (full) costing)
memperlakukan semua biaya produksi sebagai biaya produk yang melekat ke produk
tersebut, dibawa ke depan, dan dilepaskan sebagai biaya periode berjalan pada
saat penjualan. Metode perhitungan biaya langsung (direct costing) hanya
memperlakukan biaya produksi variabel sebagai biaya produk dan seluruh biaya
overhead manufaktur tetap sebagai biaya periode berjalan. Pilihan antara kedua
metode tersebut telah menimbulkan kontroversi besar dalam literatur akuntansi
selama bertahun-tahun. Tidak ada satu metode Pun yang muncul sebagai pemenang
utama. Namun, pada umumnya diakui bahwa perhitungan biaya langsung adalah lebih
relevan bagi pengambilan keputusan internal. Pelaporan terpisah antara biaya
tetap dengan biaya variabel diasumsikan memfasilitasi analisis laba inkremental
dan menghilangkan dampak perubahan persediaan dari laba.
Aktiva operasi dapat
didepresiatsikan
Akitiva operasi dapat didepresiasikan (depreciable operating asset)
juga sering disebut sebagai aktiva modal yang terpakai (wasting capital asset).
Karena aktiva operasi dapat didepresiasikan diasumsikan akan memberikan manfaat
ke lebih dari satu periode, aktiva tersebut dikapitalisasi pada biaya
akuisisinya, yang kemudian dialokasikan menggunakan dasar logis selama umur
manfaat aktiva tersebut. Proses alokasi ini dikenal sebagai depresiasi untuk
aktiva berwujud seperti bangunan, perlengkapan, peralatan, dan furnitur,
sebagai deptesi untuk aktiva yang diwakili oleh sumber daya alam (seperti
deposit mineral dan lahan hutan), serta sebagai amortisasi untuk aktiva tidak
berwujud seperti hak atau manfaatkhusus (misalnya paten, hak cipta, hak
waralaba, merek dagang, goodwill, beban ditangguhkan, biaya penelitian dan
pengembangan, biaya organisasional, dan biaya sewa guna usaha). Akuntansi
depresiasi (depreciation accounting) didefinisikan sebagai berikut:
Akuntansi depresiasi adalah sistem akuntansi yang bertujuan untuk
mendistribusikan biaya atau nilai dasar lainnya dari aktiva modal berwujud
(jika ada), selama estimasi masa manfaat dari unit tersebut (yang dapat berupa
sekelompok aktiva) dengan cara yang sistematis dan rasional. Hal itu adalah
proses alokasi, bukan proses penilaian. Depresiasi untuk tahun berjalan adalah
bagian dari total beban dalam sistem semacam itu yang dialokasikan selama tahun
tersebut. Meskipun alokasi itu mungkin saja mempertimbangkan kejadian-kejadian
yang terjadi selama tahun tersebut dengan memadai, alokasi itu tidak
dimaksudkan sebagai pengukuran atas dampak dari kejadian-kejadian semacam itu.
Sejumlah metode depresiasi telah dikembangkan, di mana
masing-masing didasarkan pada pola beban depresiasi yang berbeda-beda selama
umur manfaat dari aktiva berwujud. Metode depresiasi dapat didasarkan pada:
1. waktu, seperti metode garis lurus;
2. output seperti metode jam jasa
(service-hours method) dan metode unit output (unit-of-output method);
3. beban depresiasi yang semakin
menurun (reducing depreciation charge), seperti metode jumlah angka tahun (sum
of years digit), metode persentase tetap atas jumlah dasar depresiasi yang
semakin menurun (fixed percentage on decliningbase amount method), metode tarif
depresiasi yang semakin menurun atas biaya (decliningrate on cost method), dan
metode saldo menurun ganda (double - declining balance method) ;
4. konsep investasi dan bunga,
seperti metode anuitas (annuity method) dan metode cadangan dana untuk
pelunasan (sinking fund method) .
Aktiva operasi yang tidak
didepresiasikan
Kelompok utama ketiga dari aktiva dan biaya terdiri atas aktiva
operasi yang tidak didepresiasikan (nondepreciable operating asset), yang juga
disebut sebagai aktiva modal permanen (permanent capital asset), karena
diasumsikan bahwa aktiva tersebut tidak dikonsumsi selama operasi dari bisnis
tersebut dilaksanakan. Nilainya tidak dipengaruhi oleh aktivitas produktif dan
aktiva tersebut tidak memiliki dampak atas penentuan laba sampai dijual atau
dinilai kembali. Oleh karena itu, prinsip pengaitan tidak dapat diterapkan terhadap
aktiva operasi yang tidak didepresiasikan.
Biaya penjualan dan administrasi
Biaya penjualan dan administrasi (costs of selling and
administration) adalah seluruh biaya nonmanufaktur yang diperlukan untuk
memelihara organisasi penjualan dan administratif dasar. Biaya tersebut
diperlakukan sebagai biaya periodik pada periode di mana biaya tersebut
terjadi, baik dalam metode perhitungan biaya langsung maupun metode perhitungan
biaya penyerapan [penuh].
2.1.4.
Prinsip Objektivitas
Kegunaan dari informasi keuangan sangat bergantung pada keandalan
dari prosedur pengukuran yang digunakan. Karena memastikan keandalan maksimum
sering-kali sulit untuk dilakukan, maka akuntan telah menggunakan prinsip
objektivitas (objectivity principle) untuk membenarkan pilihan prosedur
pengukuran. Tetapi, prinsip objektivitas memiliki interpretasi yang berbeda:
1. Pengukuran objektif adalah ukuran
yang bersifat "tidak memihak," dalam arti bahwa pengukuran tersebut
bebas dari bias pribadi si pengukur. "Dengan kata lain, objektivitas
mengacu pada realitas eksternal yang independen dari orang yang
memandangnya."
2. Pengukuran objektif adalah
pengukuran variabel, dalam hal bahwa pengukuran tersebut didasarkan pada bukti.
3. Pengukuran objektif adalah hasil
dari "kesepakatan di antara sekelompok pengamat atau pengukur
tertentu."Pandangan ini juga mengimplikasikan bahwa objektivitas akan
tergantung pada sekelompok pengukur tertentu.
4. Ukuran dari penyebaran distribusi
pengukuran dapat digunakan sebagai indikator dari tingkat objektivitas sistem
pengukuran tertentu.
2.1.5.
Prinsip Konsistensi
Prinsip konsistensi (consistency principle) menganggap bahwa
kejadian ekonomi yang serupa sebaiknya dicatat dan dilaporkan dengan cara yang
konsisten dari periode ke periode. Prinsip ini mengimplikasikan bahwa prosedur
akuntansi yang sama akan diterapkan kepada transaksi yang serupa sepanjang
waktu. Penerapan konsep konsistensi membuat laporan keuangan menjadi lebih
dapat diperbandingkan dan lebih berguna. Tren dalam data akuntansi dan hubungan
dengan faktor-faktor eksternal akan terungkap dengan Iebih akurat ketika
digunakan prosedur pengukuran yang dapat diperbandingkan.
Secara serupa, distorsi laba dan jumlah neraca serta manipulasi
yang mungkin darilaporan keuangan dihindari dengan penerapan yang konsisten
atas prosedur akuntansi sepanjang waktu. Oleh karena itu, konsistensi adalah
batasan pengguna untuk memfasilitasi keputusan Pengguna dengan memastikan dapat
diperbandingkannya Iaporan keuangan dari suatu perusahaan sepanjang waktu,
sehingga meningkatkan kegunaan dari laporan tersebut. Dalam opini standar,
akuntan publik mengakui prinsip konsistensi dengan memerhatikan apakah laporan
keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum yang diterapkan atas dasar "konsisten dengan laporan tahun
sebelumnya”.
Prinsip konsistensi tidak menghalangi suatu perusahaan untuk
mengubah prosedur akuntansinya ketika hal tersebut dibenarkan oleh situasi yang
berubah, atau jika prosedur alternatif lebih baik (aturan preferensi). Sesuai
dengan APB Opinion No. 20, perubahan yang
membenarkan perubahan dalam prosedur adalah:
1. perubahan dalam prinsip-prinsip
akuntansi;
2. perubahan dalam estimasi
akuntansi;
3. perubahan dalam entitas pelaporan.
Perubahan-perubahan
ini akan dicerminkan dalam akun dan dilaporkan dalam laporan keuangan secara
retro aktif untuk perubahan dalam entitas akuntansi, secara Prospekfi/untuk
perubahan dalam estimasi akuntansi, secara umum dan sekaranguntuk perubahan
dalam prinsip-prinsip akuntansi.
2.1.6.
Prinsip Pengungkapan Penuh
Terdapat kesepakatan umum dalam akuntansi bahwa sebaiknya terdapat
pengungkapan yang "penuh," "adil” dan "memadai" atas
data akuntansi. Pengungkapan penuh (full disclosure) mengharuskan laporan
keuangan dirancang dan disusun untuk menggambarkan secara akurat
keiadian-kejadian ekonomi yang telah memengaruhi perusahaan selama periode
berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi guna membuatnya berguna
dan tidak menyesatkan bagi investor kebanyakan. Lebih eksplisit lagi, prinsip
pengungkapan penuh mengimplikasikan bahwa tidak ada informasi atas substansi
atau kepentingan bagi kebanyakan investor yang akan dihilangkan atau
disembunyikan.
Prinsip tersebut diperkuat lebih lanjut lagi oleh berbagai persyaratan
pengungkapan yang ditetapkan oleh APB Opinions, FASB Statements, dan SEC
Accounting Release dan persyaratan SEC lainnya. Tetapi, pengungkapan penuh
adalah konsepsi terbuka yang masih meninggalkan beberapa pertanyaan yang belum
terjawab atau terbuka terhadap interpretasi yang berbeda. Pertama, apa yang
dimaksud dengan pengungkapan "penuh," "adil," dan
"memadai" ? "Memadai" mengandung arti seperangkat informasi
minimum yang akan diungkapkan; "adil" mengimplikasikan batasan etis
yang mengharuskan perlakuan yang adil terhadap pengguna; dan "penuh'
mengacu pada penyajian informasi yang lengkap dan komprehensif. Posisi lainnya
yang diterima adalah untuk memandang "keadilan' sebagai tujuan utama dan
titik trade-off antara pengungkapan penuh dengan pengungkapan yang memadai.
Dengan demikian, dalam judul Fair Presentation in Confomity with Generally
Accepted Accounting Principles, APB StatementNo. 4 menyatakan bahwa penyajian
yang "adil" dipenuhi ketika:
keseimbangan yang memadai telah dicapai antara kebutuhan yang
saling berlawanan untuk mengungkapkan aspek-aspek penting dari posisi keuangan
dan hasil operasi sesuai dengan aspek-aspek konvensional dan untuk meringkas
banyaknya data yang mendasari ke dalam angka-angka yang terbatas dalam laporan
keuangan dan catatan pendukung.
Kedua, apa yang sebaiknya diungkapkan sehingga "investor
rata-rata yang hati-hati" tidak akan disesatkan? Apakah sebaiknya data
tersebut pada dasarnya berupa informasi akuntansi? Apakah sebaiknya data
tersebut memasukkan informasi terbaru dan tambahan-tambahan seperti akuntansi
aktiva sumber daya manusia, akuntansi sosioekonomi, akuntansi inflasi' dan
pelaporan segmen?
Jawaban terhadap Pertanyaan-Pertanyaan ini tergantung pada
penentuan yang sesuai atas pengguna, kebutuhan mereka, tingkat keahlian mereka,
dan yang lebih penting lagi' kapabilitas mereka untuk memproses informasi,
dengan risiko meluapnya informasi yang disebabkan oleh ekspansi data' Skinner
menarik perhatian pada beberapa masalah yang sebaiknya menjadi subjek dari
pengungkapan Penuh:
1. rincian dari kebijakan dan metode
akuntansi, terutama ketika penilaian dibutuhkan dalam penerapan metode
akuntansi, ketika metode tersebut bersifat khusus bagi entitas pelaporan
tersebut, atau ketika metode akuntansi alternative dapat digunakan;
2. informasi tambahan untuk membantu
dalam analisis investasi atau untuk mengindikasikan hak dari berbagai pihak
yang memiliki klaim atas entitas pelaporan;
3. perubahan dari tahun sebelumnya
dalam kebijakan akuntansi atau metode penerapannya dan dampak dari Perubahan
semacam itu;
4. aktiva, kewajiban, biaya, dan
pendapatan yang dihasilkan dari transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki
kepentingan pengendalian atau dengan direktur atau pejabat yang memiliki
hubungan istimewa dengan entitas pelaporan tersebut;
5. aktiva, kewajiban, dan komitmen
kontinjen;
6. transaksi keuangan atau nonoperasi
lainnya dampak material terhadap posisi keuangan laporan akhir tahun.
2.1.7.
Prinsip Konservatisme
Prinsip konservatisme (conservatism principle) adalah suatu prinsip
pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai
batasan terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal. Prinsip konservatisme
menganggap bahwa ketika memilih antara dua atau lebih teknik akuntansi yang
berlaku umum, suatu preferensi ditunjukkan untuk opsi yang memiliki dampak
paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas Pemegang saham Secara lebih
spesifik prinsip tersebut mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva dan
pendapatan serta nilai tertinggi dari kewajiban dan beban yang sebaiknya
dipilih untuk dilaporkan. oleh karena itu, prinsip konservatisme mengharuskan
bahwa akuntan menampilkan sikap pesimistis secara umum ketika memilih teknik
akuntansi untuk pelaporan keuangan. Untuk mencapai tujuan guna memahami laba
dan aktiva sekarang, prinsip konservatisme dapat mengarah pada perlakuan yang
merupakan penyimpangan terhadap pendekatan yang dapat diterima atau teoretis.
Misalnya saja, adopsi konsep "mana yang lebih rendah antara biaya atau
harga pasar" berlawanan dengan prinsip historis' Meskipun penilaian LIFO
dan depresiasi dipercepat umumnya dipandang sebagai tindakan-tindakan yang
kontra-inflasi, hal tersebut dapat dipandang sebagai akibat dari adopsi prinsip
konservatisme. Dengan demikian Chatfield berpendapat bahwa:
Keduanya [ LIFO dan depresiasi dipercepat] memaksakan tradisi yang
lebih tua dari konservatisme neraca, begitu rupa sehingga pembayar pajak masih
diperbolehkan untuk menggunakan penilaian persediaan LIFO bersama-sama dengan
metode mana yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar. Keduanya
mengutamakan kebutuhan manajemen akan penilaian yang lebih tepat.
Di masa lalu, konservatisme telah digunakan ketika berurusan dengan
ketidakpastian dalam lingkungan dan terlalu optimisnya manajer dan pemilik
serta juga ketika melindungi kreditor terhadap distribusi yang tidak sah atas
aktiva perusahaan sebagai dividen. Konservatisme adalah nilai yang dijunjung
tinggi di masa lalu dibandingkan di masa ini. Nilai tersebut telah mengarah
pada provisi atau kewajiban atau keduanya yang arbitrer dan tidak konsisten.
Sterling menyebut konservatisme sebagai "prinsip penilaian
akuntansi yang paling kuno dan mungkin paling bertahan.” Hari ini, penekanan
pada penyajian yang objektif dan adil serta keutamaan investor sebagai pengguna
telah mengurangi ketergantungan pada konservatisme. Konservatisme saat ini
dipandang lebih sebagai pedoman'untuk diikuti dalam situasi luar biasa, dan
bukan sebagai aturan umum untuk diterapkan secara kaku dalam semua situasi.
Konservatisme masih digunakan dalam beberapa situasi yang memerlukan penilaian
akuntan, seperti memilih estimasi umur manfaat dan nilai sisa dari aktiva untuk
akuntansi depresiasi dan konsekuensi aturan dari penerapan konsep “mana yang
lebih rendah antara biaya atau harga pasar" (lower-of-cost-markef) dalam
penilaian persediaan dan efek-efek ekuitas yang dapat dijual. Karena hal
tersebut pada dasarnya adalah manifestasi dari intervensi akuntan yang dapat
menimbulkan bias, kesalahan, distorsi yang mungkin, dan laporan yang
menyesatkan, pandangan saat ini mengenai konservatisme sebagai prinsip
akuntansi cenderung untuk menghilang.
2.1.8.
Prinsip Materialitas
Seperti halnya konservatisme, prinsip materialitas (materiality
principle) adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi, Prinsip tersebut
menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang tidak
signifikan dapat ditangani secara sangat cepat, tanpa memedulikan apakah hal
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.
Materialitas berfungsi sebagai pedoman implisit bagi akuntan dalam hal apa yang
sebaiknya diungkapkan dalam laporan keuangan, sehingga memungkinkan akuntan
tersebut untuk memutuskan apa yang tidak penting atau apa yang tidak menjadi
masalah berdasarkan biaya pencatatan, akurasi laporan keuangan, dan relevansi
bagi pengguna.
Secara umum, otoritas akuntansi telah meninggalkan penerapan
materialitas kepada penilaian akuntan, dan pada saat yang sama menekankan
pentingnya hal tersebut. Menurut APB Statement No. 4, materialitas
mengimplikasikan bahwa "laporan keuangan hanya berkepentingan dengan
informasi yang cukup signifikan untuk memengaruhi penilaian atau keputusanl”.
APB opinion No. 30 mengandalkan pada konsep materialitas yang belum
terdefinisikan untuk menggambarkan pos-pos luar biasa. Secara serupa, APB
opinion No. 22 merekomendasikan pengungkapan atas seluruh kebijakan atau
prinsip yang secara material memengaruhi posisi keuangan, hasil operasi, dan
perubahan dalam posisi keuangan dari entitas tersebut. Pada tahun 1975 FASB
mengeluarkan suatu Discussion Memorandum mengenai masalah materialitas dengan
menekankan pentingnya prinsip ini.
Prinsip materialitas kurang memiliki definisi operasional.
Kebanyakan definisi materialitas menekankan pada peranan akuntan dalam
menginterpretasikan apa yang material dan apa yang tidak material. Misalnya
saja, Frishkoff mendefinisikan materialitas sebagai "pentingnya suatu informasi
keuangan bagi seorang pengguna secara relatif dan kuantitatif, dalam konteks
keputusan yang akan dibuat”.
Studi tahun 1974 oleh Accountants' International Study Group
mengkarakteristikkan materialitas sebagai berikut:
Materialitas pada dasarnya adalah masalah penilaian profesional.
Suatu transaksi individual sebaiknya dianggap material jika pengetahuan
mengenai transaksi tersebut dapat dianggap memiliki pengaruh terhadap pengguna
laporan keuangan.
Pedoman atau kriteria yang akan digunakan dalam menentukan
materialitas sangat dibutuhkan. Dua kriteria dasar telah direkomendasikan, Yang
pertama, disebut sebagai pendekatan ukuran (size approach), mengaitkan ukuran
dari transaksi ke variabel relevan lainnya, seperti laba bersih. Misalnya saja,
Bernstein menyarankan zona batasan sebesar l0-15 persen dari laba bersih
setelah pajak sebagai titik pembeda antara apa yang material dan apa yang tidak
material. Secara serupa, FASB Discussion Memorandum atas materialitas
menyarankan kriteria berdasarkan pendekatan ukuran:
jika jumlah dari dampak sekarang atau potensialnya setara dengan
atau melebihi l0 persen dari jumlah laporan keuangan yang bersangkutan, masalah
tersebut sebaiknya dianggap material.
jika jumlah dari dampak sekarang atau potensialnya adalah antara 5
dan 10 persen dari jumlah laporan keuangan yang bersangkutan, materialitas dari
masalah tersebut tergantung pada situasi yang mengelilinginya.
Kriteria kedua, disebut sebagai pendekatan kriteria perubahan
(change criterion approach), mengevaluasi dampak dari suatu transaksi terhadap
tren atau perubahan antarperiode akuntansi. pendekatan ini terutama diusulkan
oleh Rappaport, yang berpendapat bahwa kriteria materialitas dapat dinyatakan
dalam hal rata-rata, tren, dan rasio keuangan yang menyatakan hubungan analitis
signifikan dalam hal informasi akuntansi. Pendekatan kriteria perubahan telah
memengaruhi Accountants' International Study Group, sebagaimana dinyatakan oleh
kutipan berikut ini dari Materiality in Accounting
Suatu jumlah adalah tidak material semata-mata karena ukurannya;
faktor-faktor lain termasuk yang dinyatakan di bawah ini harus dipertimbangkan
dalam membuat keputusan mengenai materialitas: Hakikat dari transaksi tersebut,
apakah transaksi itu adalah:
1. suatu faktor yang masuk dalam penentuan
laba bersih;
2. tidak biasa atau luar biasa;
3. kontinjen terhadap suatu kejadian
atau kondisi;
4. dapat ditetapkan berdasarkan pada
fakta dan situasi sekarang;
5. diharuskan oleh undang-undang atau
peraturan.
jumlah dari transaksi itu
sendiri, dalam hubungannya dengan:
1. laporan keuangan secara
keseluruhan;
2. total dari akun di mana transaksi
tersebut merupakan, atau sebaiknya merupakan, bagiannya;
3. transaksi-transaksi yang
berhubungan;
4. jumlah terkait pada tahun
sebelumnya atau jumlah yang diperkirakan di tahun-tahun mendatang.
2.1.9.
Prinsip Keseragaman Dan Komparabilitas
Prinsip konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang sama
untuk transaksi-transaksi yang berhubungan oleh perusahaan selama waktu
tertentu; prinsip keseragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama oleh
perusahaan-perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah untuk
mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keragaman yang
diciptakan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh
perusahain-perusahaan yang berbeda. Faktanya, suatu perdebatan yang
terus-menerus terjadi mengenai apakah fleksibilitas atau keseragaman yang
sebaiknya ada dalam akuntansi dan pelaporan keuangan. Dukungan utama untuk
keseragaman (unifurmity) adalah klaim bahwa hal itu akan:
1. mengurangi keragaman penggunaan
prosedur akuntansi dan ketidakcukupan praktik-praktik akuntansi;
2. memungkinkan perbandingan yang
berarti atas laporan keuangan dari perusahaan yang berbeda;
3. memperbaiki kepercayaan pengguna
dalam laporan keuangan;
4. mengarah pada intervensi dan
peraturan pemerintah mengenai praktik akuntansi.
Dukungan utama untuk fleksibilitas (flexibility) adalah klaim
bahwa:
1. penggunaan prosedur akuntansi yang
seragam untuk mencerminkan transaksi yang sama yang terjadi dalam banyak kasus
memiliki risiko menyembunyikan perbedaan yang penting antar kasus;
2. komparabilitas adalah suatu
cita-cita yang bersifat utopia; "hal tersebut tidak dapat dicapai
mengadopsi aturan-aturan tetap yang tidak cukup mempertimbangkan situasi
faktual yang berbeda".
3. "perbedaan dalam
situasi" atau "variabel situasi" membutuhkan perlakuan yang
berbeda, sehingga pelaporan perusahaan dapat menanggapi situasi di mana
transaksi dan kejadian terjadi. Variabel-variabel situasional (circumstantial
variables) didefinisikan sebagai:
kondisi-kondisi lingkungan yang bervariasi antarperusahaan dan yang
memengaruhi:
a kelayakan dari
metode akuntansi, dan/atau
b objektlvitas
ukuran-ukuran yang dihasilkan dari penerapan metode akuntansi tersebut
Tujuan implisit baik dari keseragaman maupun fleksibilitas adalah
untuk melindungi pengguna dan untuk menyajikan data yang berarti kepada
pengguna. Kedua prinsip tersebut gagal karena posisi ekstrem mereka terhadap
masalah pelaporan keuangan. Fleksibilitas jelas mengarah pada kebingungan dan
ketidakpercayaan. Solusi yang seimbang dapat diberikan dengan mendorong
keseragaman dengan cara mempersempit keragaman dari praktik akuntansi dan, pada
saat yang sama, memungkinkan pengakuan yang memadai atas kejadian pasar dan
ekonomi yang khas untuk perusahaan dan industry tertentu dengan asosiasi yang
memadai atas situasi-situasi ekonomi tertentu dengan teknik akuntansi terkait,
Posisi tengah ini membutuhkan definisi operasional atas "perbedaan dalam
situasi" dan pedoman yang lebih baik untuk menghubungkan perbedaan dalam
situasi dengan berbagai prosedur.
2.1.10.
Ketepatan Waktu Dari Laba Dan Konservatisme Akuntansi
Ketepatan waktu dari laba akuntansi (timeliness of accounting
earnings) telah didefinisikan sebagai sejauh mana laba akuntansi periode
sekarang memasukkan laba ekonomi periode sekarang. Sementara laba ekonomi
(economic income) dan laba akuntansi (accounting income) yang dijumlahkan
selama umur dari perusahaan adalah identik, keduanya berbeda dalam jangka
pendek. Laba ekonomi segera mengakui perubahan dalam perkiraan nilai sekarang
atas arus kas masa depan, sementara laba akuntansi menggunakan prinsip "pengakuan'
untuk memasukkan perubahan yang sama secara perlahan-lahan sejalan dengan
waktu, umumnya pada titik dekat dengan saat realisasi arus kas terjadi. Yang
terjadi adalah tenggang waktu antara laba akuntansi dengan laba ekonomi yang
dapat terjadi selama beberapa periode. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ball
dkk.: "Prinsip pengakuan oleh karena itu menyebabkan laba ekonomi
dimasukkan dalam laba akuntansi secara terlambat dan 'merata dengan berjalannya
waktu."
Konservatisme (conservatism) didefinisikan oleh Basu adalah sampai
sejauh mana laba akuntansi periode sekarang secara asimetris memasukkan
kerugian ekonomi, relatif terhadap keuntungan ekonomi. Oleh karena itu,
sementara ketepatan waktu mengukur tingkat dimasukkannya laba ekonomi dalam
laba akuntansi kontemporer. konservatisme mengukur tingginya ketepatan waktu
dalam memasukkan penurunan nilai, atau laba ekonomi negatif. Oleh karena itu,
asimetri konservatif dalam ketepatan laba akuntansi diperkenalkan dengan
memodifikasi persamaan sebelumnya untuk memasukkan laba ekonomi secara
asimetris.
2.2.
Kebenaran Dalam Akuntansi
Kurangnya keprihatinan akan kebenaran dalam akuntansi selalu
menjadi masalah utama dalam literature akuntansi. Bacalah keprihatinan berikut
ini yang dinyatakan oleh K' MacNeal pada tahun 1939:
Selama lebih dari empat ratus tahun sejak publikasi. buku Pacioli
mengenai pembukuan dengan ayat jurnal berpasangan pada tahun 1454, metode
akuntansi, serta laporan akuntansi, telah didasarkan pada kemudahan dan
bukannya pada kebenaran. Laporan keuangan hari ini terdiri atas campuran yang
mengherankan dari konvensi akuntansi, data historis, dan fakta-fakta sekarang,
di mana bahkan akuntan sering kali tidak dapat membedakan antara kebenaran
dengan fiksi.
MacNeal mungkin bersikap terlalu keras terhadap akuntan, dengan
adanya kemungkinan dan kemustahilan akan kebenaran dalam akuntansi. Hal
tersebut akan dibahas kemudian, dengan menunjukkan bahwa ide mengenai kebenaran
dalam akuntansi paling baik merupakan suatu ide normatif yang memiliki sedikit
kemungkinan untuk diterapkan dalam akuntansi.
2.2.1.
Pemikiran Mengenai Kebenaran Dalam Filosofi
Pengetahuan akan proposisi muncul dari kebenarannya. Jika kita
mengetahui suatu Proposisi, maka kita mengetahui bahwa hal itu adalah benar.
Pertanyaannya menjadi: Apa yang membuat suatu proposisi menjadi sesuatu yang
benar? Dalam kehidupan sehari-hari kita menemui kondisi-kondisi dari masalah
yang terjadi atau terdapat di dunia yang kita laporkan menggunakan bahasa.
Suatu proposisi yang benar berkaitan dengan suatu kondisi masalah yang terjadi.
Kebenaran berkaitan dengan pelaporan dari kejadian atau terdapatnya kondisi
masalah. Kebenaran tersebut dapat dinyatakan secara berbeda.
1. Hal tersebut dapat
berupa kebenaran sebagai kesesuaian ketika proposisi tersebut adalah benar jika
sesuai dengan fakta. Arti kesesuaian dapat dijelaskan dengan sangat baik
sebagai berikut:
Kata "kesesuaian'mengusulkan bahwa, ketika kita membuat
penilaian yang benar, kita memiliki sejenis gambar dari realitas dalam pikiran
kita dan bahwa penilaian kita adalah benar karena gambar ini menyerupai
realitas yang diwakilinya. Tetapi penilaian kita tidak sdperti hal-hal fisik ke
mana hal tersebut mengacu. Gambaran yang kita gunakan dalam menilai mungkin
saja dalam hal-hal tertentu menyalin atau menyerupai hal-hal fisik, tetapi kita
dapat membuat suatu penilaian tanpa menggunakan gambaran apa pun kecuali
kata-kata, dan kata-kata sama sekali tidaklah serupa dengan hal-hal yang
diwakilinya. Kita tidak boleh memahami "kesesuaian” sebagai kata yang berarti
menyalin atau kemiriphn.
2. Hal tersebut dapat
berupa kebenaran sebagai koherensi ketika proposisi tersebut adalah benar
karena koheren dengan proposisi lain. Proposisi tersebut harus saling mendukung
satu sama lain.
3. Hal tersebut dapat
berupa kebenaran sebagai apa "yang berlaku’' mengimplikasikan bahwa
proporsi yang benar adalah apa yang berlaku.
Perbedaan dapat dibuat antara kebenaran dengan kepalsuan proposisi
serta keyakinan orang mengenai keduanya. Keyakinan tidak selalu berhubungan
dengan kondisi masalah. Pernyataan yang diyakini sebagai benar atau salah masih
harus dibuktikan apakah memang benar atau salah. Bukti tersebut akan
menunjukkan bahwa kebenaran dari suatu proposisi tidaklah relatif terhadap
waktu, ruang, atau pembicara, meskipun proposisi itu dapat mengenai waktu,
ruang, atau pembicara. Sebagaimana dinyatakan oleh f. Hospers, "Pembunuhan
kaisar terjadi hanya pada satu titik ruang dan waktu; demikian pula dengan
pembakaran orang sebagai penyihir, meskipun hal itu terjadi pada ruang dan
waktu yang berbeda, tidak berarti bahwa hal itu terjadi pada seluruh ruang dan
waktu. Kondisi masalah datang dan pergi, tetapi kebenaran adalah kekal”.
Kebenaran dari proposisi dapat dipastikan dengan tingkat
kompleksitas yang berbeda. Proposisi analitis, seperti "seluruh akuntan
Amerika adalah orang Amerikai'adalah jelas benar tanpa pembuktian lebih lanjut,
karena bentuk negatif dari proposisi itu adalah "saling berlawanan"
(self-contradictory). Proposisi sintetis (proposisi yang tidak bersifat
analitis) perlu dibuktikan sebagai benar atau salah. Proposisi sintetis
tersebut, "Tunis adalah ibukota Tunisia," adalah proposisi sintetis
yang benar.
2.2.2.
Kemungkinan Akan Kebenaran Dalam Akuntansi
2.2.2.1. Kebenaran sebagai netralitas
Untuk dapat melaporkan kebenaran, akuntansi perlu menghindari
dimasukkannya bias. Hal tersebut mungkin saja sulit. Bacalah komentar berikut
ini:
Pertama, kesulitannya adalah mengetahui fakta. Kedua, kesulitan
untuk menggambarkannya. Sekarang sangat dipahami bahwa catatan kejadian tidak
dapat dipisahkan dari si pencatat. Tidak ada sejarah yang tidak mengandung
bias.
Separuh lain dari permasalahan adalah penggunaan yang benar dari
kata-kata. Hal ini bukanlah bakat yang dimiliki oleh setiap orang, dan sekarang
ini seseorang dapat dengan benar menyimpulkan bahwa semakin sedikit orang yang
memilikinya dibandingkan dengan sebelumnya. Banyak masalah yang akan
dikomunikasikan dalam sekelompok akun adalah pada hakikatnya sulit atau kabur
(misalnya, hamper semua hal yang berkaitan dengan pajak); beberapa sangat sulit
(misalnya, kewajiban akibat jaminan atau kontinjensi); beberapa, sebagaimana
dijelaskan di atas, bersifat tidak pasti; dan untuk menjelaskan tingkat
ketidakpastian yang tepat adalah tes mencari kemampuan verbal.
Untuk menghindari dimasukkannya bias dalam pengetahuan, gambaran,
dan komunikasi fakta, akuntan diharapkan bersikap netral. Karakteristik penting
dari informasi yang disediakan adalah "bebas dari bias" atau netral.
Netralitas (neutrality) dianggap sebagai karakteristik kualitatif penting dari
informasi akuntansi. Netralitas, dalam konteks ini, mengacu pada tiadanya bias
dalam penyajian informasi atau laporan akuntansi. Dengan demikian, informasi
netral adalah bebas dari bias terhadap pencapaian hasil tertentu yang
diinginkan atau timbulnya jenis perilaku tertentu. Hal ini tidak untuk
mengimplikasikan bahwa penyusun informasi tidak memiliki tujuan ketika menyrsun
laporan tersebut; hal ini hanya berarti bahwa tujuan tersebut sebaiknya tidak
memengaruhi.hasil yang telah ditentukan sebelumnya. Akuntan diharapkan untuk
"mengatakan apa adanya" dan bukannya mengatakan dengan cara yang
diinginkan oleh kelompok kepentingan mana pun. Hal ini umumnya dinyatakan
sebagai kriteria dari "kejujuran dan kelengkapan penyajian'
(representational faithfullness and completeness). Hal tersebut mengacu pada
kesesuaian antara data akuntansi dengan kejadian yang seharusnya diwakili oleh
data tersebut. Jika ukuran itu menggambarkan apa yang seharusnya diwakilinya,
maka hal tersebut dianggap bebas dari bias pengukuran dan si pengukur. Oleh
karena itu, netralitas, kebenaran penyajian,dan kelengkapan menetapkan
kebenaran dalam akuntansi sebagai kesesuaian. Informasi akuntansi adalah benar
karena hal tersebut sesuai dengan fakta.
2.2.2.2. Kebenaran sebagai objektivitas
Untuk menetapkan akurasi dari atribut-atribut yang diukur, akuntan
telah mengandalkan prinsip objektivitas sebagai suatu cara untuk membenarkan
prosedur pilihan mereka. Tetapi, objektivitas (objectivity) telah memperoleh paling
tidak empat arti yang mungkin:
1. pengukuran yang impersonal atau
berada di luar pikiran dari orang yang melakukan pengukuran,
2. pengukuran yang didasarkan pada
bukti yang dapat diverifikasi,
3. pengukuran berdasarkan suatu
kesepakatan dari para ahli yang memiliki kualifikasi, dan
4. kecilnya penyebaran statistik dari
pengukuran atribut ketika dilakukan oleh pengukur yang berbeda.
2.2.2.3. Kebenaran, objektivitas, dan
keandalan
Bagian informasi bisa dianggap sebagai 'dapat diverifikasi"
berdasarkan kecilnya nilai pengukuran penyebaran di sekitar titik tengah namun
pada saat yang bersamaan menjadi kurang dapat diandalkan karena faktor bias.
Keandalan mengacu pada "kualitas yang memungkinkan pengguna
data untuk mengandalkannya dengan penuh keyakinan sebagai perwakilan dari
apayangdiwakili oleh data tersebut” Dengan demikian, keandalan informasi
tergantung pada tingkat kejujuran dalam penyajian suatu kejadian. Keandalan
akan berbeda antarpengguna, tergantung pada tingkat pengetahuan mereka akan
aturan-aturan yang digunakan untuk menlusun informasi tersebut. Secara serupa,
pengguna yang berbeda mungkin mencari informasi dengan tingkat keandalan yang
berbeda. Dalam konteks kerangka konseptual, supaya dapat diandalkan, informasi
harus dapat diverifikasi, netral, dan disajikan dengan jujur.
Istilah "bias" atau "pemindahan' adalah perbedaan
sistematis antara titik tengah dari estimasi
ampel suatu parameter dengan nilai yang sebenarnya dari parameter
tersebut. Y. Ijiri dan R.K. Jaedicke mendefinisikan keandalan sebagai tingkat
oljektivitas atau verifiabilitas ditambah faktor bias atau pemindahan.
2.2.2.4. Kebenaran, objektivitas, dan
kekerasan
Bagian sebelumnya dari kebenaran, objektivitas, dan keandalan fokus
pada perbandingan antara apa yang dilakukan oleh akuntan dengan apa yang
diharapkan pengguna ukuran keuangan untuk dilakukan oleh akuntan. Bagian ini
adalah perbandingan antara berbagai kelompok akuntan yang berbeda. Hubungan
tersebut adalah antara objektivitas dengan tingkat kekerasan
(hardness).objektivitas dalam kasus ini adalah tingkat kesepakatan yang tinggi
antara beragam kelompok akuntan, dalam pengertian bahwa kelompok akuntan yang
berbeda menghasilkan sekelompok ukuran dengan titik tengah u yang sama dan
varians 62 yang sama, dengan adanya netralitas mereka dalam hal
kepentingan mereka atas hasil dari pengukuran tersebut. Tetapi, tingkat
kekerasan mengasumsikan lingkungan kompetitif yang sedemikian rupa sehingga
insentif yang berbeda dapat mendorong kelompok akuntan yang berbeda untuk
menghasilkan kelompok ukuran yang berbeda.
2.2.2.5. Kebenaran dan peran akuntansi
Jenis kebenaran yang disampaikan dalam praktik dan wacana akuntansi
dapat bersifat kontinjen terhadap Peran yang sebenarnya dimainkan oleh
akuntansi dalam organisasi. Tentu saja terdapat peran tradisional sebagai alat
bantu yang berguna bagi pengambilan keputusan yang rasional dengan pandangan
untuk mengukur efisiensi dan efektivitas organisasional. Kebenaran dalam
akuntansi pada konteks tradisional ini adalah untuk menyediakan angka-angka
akuntansi yang berguna dan diketahui berdasarkan aturan-aturan yang berbasis
teknis, Namun, tanpa mengabaikan bukti bahwa angka akuntansi mungkin tidak
digunakan seluas yang dianggap oleh peran tradisional, literatur memberikan
perbedaan antara peran informasi akuntansi yang "riil/aktual" secara
tradisional dan yang didukung/ diartikulasikan/dimaksudkan" secara
nontradisional yang menyarankan jenis kebenaran yang berbeda yang disampaikan
oleh informasi akuntansi. Dampaknya, pemeriksaan atas setiap peran akuntansi
akan menunjukkan perpindahan perlahan-lahan dari akuntansi sebagai potret
netral atas realitas ekonomi ke akuntansi sebagai penerjemah atas interaksi
antara beragam sumber kekuatan. Misalnya saja, Lars Samuelson menggambarkan
koeksistensi dari pernyataan yang berbeda atas peran anggaran pada titik waktu
yang sama adalah sebagai berikut:
Menurut pandangan ini, manajemen senior sering kali
mengartikulasikan satu peran anggaran tetapi para penyusun anggaran kemudian
menganggap bahwa mungkin yang dimaksudkan adalah peran lain yang sangat
berbeda, di mana tindakan manajemen senior yang lebih mengikuti peran yang
terakhir dibandingkan dengan peran yang pertama. pernyataan yang saling
berlawanan atas peranan anggaran di sini dilihai sebagai faktor utama yang
mendasari baik sikap maupun perilaku yang berorientasi pada sistem pengendalian
anggaran,ss
secara serupa, shahid Ansari dan K.J. Euske mengklasifikasikan
peran akuntansi yang berbeda dengan menekankan pada dua dimensi: dikotomi
internal-eksternal yang tradisional atas penggunaan informasi akuntansi' dan
fokus pada proses organisasional yang selaras baik dengan perspektif rasional
maupun teknis.
2.2.2.6. Mustahilnya kebenaran dalam
akuntansi
Kebenaran dalam akuntansi mengimplikasikan kebutuhan untuk
menghindari kerahasiaan. Kerahasiaan (secrecy) adalah tindakan menutupi fakta
atau menahan informasi mengenai hal tersebut atau bukti mengenai hal tersebut
agar tidak sampai ke publik yang berkepentingan yang dapat memperoleh dari
manfaat mengetahui hal tersebut. Pertimbangan moral berlawanan dengan
kerahasiaan. Sebagaimana dinyatakan oleh Sissela Bok,
Dengan adanya legitimasi atas pengendalian terhadap kerahasiaan dan
keterbukaan, serta bahaya yang dibawa oleh pengendalian tersebut terhadap semua
pihak yang terlibat, maka tidak mungkin terdapat dugaan baik yang mendukung
maupun yang melawan kerahasiaan. secara umum. Kerahasiaan berbeda dalam hal ini
dengan kebohongan, pelanggaran janji, kekerasan, dan praktik-praktik lain untuk
mana beban pembuktian berada di pundak mereka yang tergantung pada hal
tersebut. Sebaliknya, kerahasiaan berbeda dari kebenaran, pertemanan, dan
praktik-praktik lain yang memiliki anggapan yang menguntungkan.
Karena akuntan tidak memiliki kebebasan untuk mengungkapkan rahasia
yang dapat menguntungkan pengguna, maka hal tersebut menimbulkan pertanyaan
mengenai keterbatasan dari kebenaran naratif dalam akuntansi dibandingkan
dengan kebenaran historis. Telah dinyatakan dengan jelas bahwa kebenaran dalam
akuntansi adalah cita-cita yang mustahil; cita-cita tersebut tidaklah dapat
dicapai. Hal tersebut dengan sangat baik dinyatakan oleh William Vatter sebagai
berikut:
Mungkin tidak dapat dihindari bahwa pikiran manusia selalu
cenderung untuk memandang kebenaran sebagai sesuatu yang absolut atau ideal;
pandangan semacam itu memiliki keunggulan dalam usaha untuk membuat penjelasan
yang benar-benar tepat atas fenomena ilmu pengetahuan. Tetapi terdapat
tempat-tempat di mana hal yang ideal ini tidak dapat diterapkan. Dunia bisnis
nyata selalu terlalu rumit untuk jawaban-jawaban sederhana terhadap pertanyaan,
dan akuntansi bukanlah suatu pengecualian. Namun, pencarian kebenaran tunggal
tetap ada dalam hal bahwa seharusnya terdapat cara yang "benar" atau "terbaik”
untuk menyajikan fakta. Hal ini tampaknya sampai tingkat tertentu mendasari
laporan dengan tujuan umum, tetapi hal tersebut juga dapat dilihat di tempat
lainnya. Pencarian akan "keseragaman" atau komparabilitas dalam
penyajian data keuangan (bahkan ide bahwa hal-hal yang serupa sebaiknya
dilaporkan dengan metode yang sama, sementara hal-hal yang berbeda sebaiknya
tidak), penekanan pada konsistensi, tekanan untuk menyesuaikan dengan bentuk
analisis dan penyajian yang telah ditentukan, semuanya adalah pernyataan atas
ide kebenaran tunggal. Pandangan ini memengaruhi spesifikasi prinsip-prinsip
akuntansi, mendukung pandangan bahwa pasti terdapat rumus dasar tertentu atau
sekelompok aturan tertentu yang, jika ditetapkan, dapat diandalkan untuk
memproduksi hasil yang benar atau memadai bahwa sekelompok prinsip tertentu
dapat ditetapkan sebagai 'tara' mendasar untuk melaporkan
"fakta-fakta" keuangan. Masalahnya adalah bahwa kebenaran tidaklah
sederhana dan uniter; fakta timbul hanya dalam konteks, serta fakta harus
diabstraksi dan diinterpretasikan untuk komunikasi.
Akuntansi diperkecil menjadi skenario di mana
kemungkinan-kemungkinan akan kebenaran itu ada jika didekati dengan
kriteria-kriteria seperti netralitas, objektivitas, keandalan, dan/atau
kekerasan serta beradaptasi dengan peran akuntansi yang berbeda dan skenario di
mana kemustahilan kebenaran terdapat dalam kasus-kasus yang melibatkan
pengukuran, pemulusan laba, pilihan teknik akuntansi, penilaian aktiva, alokasi
biaya, pengandalan tgrhadap standar bukti, dan penggunaan kebenaran naratif.
Kegagalan untuk menangkap kebenaran menyarankan sifat nonilmiah
dari akuntansi, Argumentasi terhadap pandangan bahwa akuntansi sebagai ilmu
pengetahuan yang mampu memberikan kebenaran dinyatakan pertama kali oleh A.C.
Littleton sebagai berikut:
Adalah jelas bahwa teori akuntansi tidak dapat dikatakan terdiri
atas penjelasan-penjelasan ilmiah. Tidak terdapat hukum akuntansi abadi yang
dapat dibandingkan dengan hukum yang abadi dari alam; tidak ada pengujian dan
eksperimen terkendali untuk menghasilkan data yang dapat ditetapkan sebagai
rumus matematika untuk menyatakan hubungan yang ada.
Disiplin akuntansi benar-benar dibangun secara sosial, dan tidak
memiliki hukum yang abadi atau kebenaran. Aturan yang dibuat oleh manusia dalam
akuntansi tergantung pada proses penilaian baik bagi penyusunan maupun
penggunaan informasi akuntansi.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada dasar nya ada beberapa prinsip – prinsip akuntansi prinsip
biaya diantaranya: prinsip pengaitan, prinsip pendapatan , prinsip
objektivitas, prinsip konsistensi , prinsip pengungkapan penuh, prinsip konservatisme, prinsip materialitas,
prinsip keseragaman dan komporabilitas
dan prinsip Ketepatan Waktu Dari Laba Dan Konseruatisme Akuntansi.
Kebenaran dalam akuntansi dapat dibuktikan melalui filosofi dan dalam akuntansi itu sendiri.
3.2. Saran
Tentunya dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kesalahan, baik
yang datang atas diri kami pribadi maupun datang dari pihak lain, kami minta
saran dari temen-temen maupun dosen pengampu yang bersifat membangun sehingga
makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, Ahmed Riahi . 2011. Accounting
Theory edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi edisi revisi 2011, Jakarta
: PT. RajaGrafindo Persada.
http://wwwsamuelsinaga.blogspot.com/2010/10/makalah-sejarah-perkembangan-akuntansi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar