TUGAS TERSTRUKTUR
Pengantar Manajemen
|
DOSEN
PENGAMPU MATA KULIAH
DR. H.
Ahmadi Syukran Nafis, MM
|
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KONFLIK
Oleh :
Kelompok 9
Nama
|
NIM
|
Muhammad Sadriyannor
|
1501150144
|
Alya Rumida
|
1501150135
|
Muhammad Aksar
|
1501150138
|
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
BANJARMASIN
2015/2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah
swt dengan hati ikhlas dan pikiran yang tulus dan jernih. Karena rahmat,
taufik dan hidayah serta inayahNya kami dapat menyusun
tugas makalah yang sederhana ini.
Shalawat dan Salam semoga selalu tercurahkan kepada Sang
figur ummat pembawa rahmat dialah Nabi besar Muhammad SAW yang sujud kepadanya
seluruh Malaikat sedangkan Ia masih terkandung dalam tulang belakang ayahnya
yang zahir, yaitu Nabiyullah Adam A.S.
Pembuatan tugas makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas yang diberikan oleh DR. H. Ahmadi
Syukran Nafis, MM selaku dosen mata kuliah Pengantar Manajemen sebagai bahan dalam mempelajari apa itu “Kepemimpinan
dan Manajemen Konflik”.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak memiliki
kekurangan dan kesalahan dari segi isi, bahasa, analisis dan lain sebagainya.
Hal ini karena keterbatasan pengetahuan khazanah dan kemampuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan tugas ini.
Banjarmasin, Desemeber 2015
|
|
Tim Penulis
|
DAFTAR ISI
Cover
Kata
Pengantar........................................................................................ i
Daftar
Isi................................................................................................. ii
BAB
I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................. 1
A.
Latar Belakang............................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah....................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan......................................................................... 2
BAB
II.................................................................................................... 3
PEMBAHASAN.................................................................................... 3
KEPEMIMPINAN................................................................................. 3
1.
Pengertian Kepemimpinan.......................................................... 3
2.
Pendekatan-Pendekatan Studi Kepemimpinan........................... 3
3.
Perilaku Kepemimpinan.............................................................. 4
4.
Sifat-Sifat Kepemimpinan........................................................... 4
5.
Pola Kepemimpinan Kontemporer.............................................. 5
MANAJEMEN
KONFLIK.................................................................... 8
A.
Definisi Manajemen Konflik....................................................... 8
B.
Aspek-Aspek Dalam Manajemen Konflik.................................. 8
C.
Pengelolaan Manajemen Konflik................................................ 9
D.
Metode Penanganan Manajemen Konflik................................... 10
E.
Langkah-Langkah Manajemen Menangani Konflik.................... 13
F.
Aplikasi Manajemen Konflik...................................................... 14
BAB
III................................................................................................... 16
PENUTUP............................................................................................. 16
KESIMPULAN...................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kemerdekaan dan kemajuan Indonesia sehingga mencapai
keadaan seperti sekarang ini, tidak bisa dilepaskan dari kemampuan kepemimpinan
para bapak bangsanya. Pada saat yang sama, Indonesia sekarang menghadapi berbagai permasalahan dalam usahanya untuk
maju bertumubuh kembang sejajar dengan bangsa lan, juga tidak dapat dilepaskan dari peran para
pemimpinnya. Apakah Indonesia dapat menjadi bamgsa yang besar atau tidak, juga
sangat ditentukan oleh keterampilan memimpin dari mereka yang bekuasa saat inidan di masa depan. Dalam
sejarah umat manusia, kita melihat jatuh bangunnya suatu bangsa sangat
ditentukanoleh sukses atau kegagalan dari kepemimpinan mereka. Organisasi ,
mulai rukun tetangga sampai pemerintah pusat, dari sekolah dan organisasi
nirlaba, koperasi, usaha kecil sampai usaha multi nasional, juga gagal atau
maju seirama dengan kualitas kepemimpianan yang memandu. Meskipun demikian,
baru selama beberapa dekade terakhir ini saja orang memahami nilai strategik
dari kepemimpinan itu. Sebelumnya, kepemimpinan itu masih dipansang sebagai
masalah teknik mempengaruhi orang lain untuk menjalankan tugas dalam berbagai
situasi yang berbeda atau sebagai hal yang bersangkutan dengan kehebatan orang
tertentu untuk mengatasi berbagai macam krisis[1].
Anggota berbagai
kebutuhan, kepentingan , tingkat dewasaan, karakter , dan kompetensinya yang
berbeda-beda membentuk kebinekaan tersebut.
Perbedaan kepentingan sering
kali berkembang menjadi pembenturan kepentingan karena sebab-sebab yang sering
kali dapat dihindarkan melalui pemahaman yang tulus dan baik dari kebenikaan
yang dihadapi ditempat kerja. Pada waktu orang melihat perbadaan dengan
semangat primordial, seringkali isu perbedaan perkembangan menjadi isu
politikdan kekuasaan irasional. Pada waktu terjadi personalisasi isu,
perbedaan itu berkembang menjadi isu
“suka-tidak suka” yag sukar dikaji secara objektif dan melahirkan konflik yang
berkepanjangan. Personalisasi isu terjadi pada waktu keberadaan suatu isu
dikaitkansecara sah atau secara mengada-ada dengan pribadi orang-orang
tertentu. Apabila hal ini terjadi, orang lebih suka mencari “kambing hitam” dan
saling menyalahkan daripada secara rasional mencari solusi dari isu yang
dihadapinya sebagai bagian dari usaha orang lain untuk memperoleh manfaat
secara tidak sah dari dirinya. Hal ini biasanya terjadi karena anggota sering
kali belum cukup “dewasa” untuk melihat suatu isu melampaui batas-batas
kepentingan sendiri. Perbenturan kepentingan seperti ini adalah sumber sebab
utama dari konflik yang terjadi.
Penganganan konflik
harus dilakukan secara lugas dan terbuka, artinya konflik tidak boleh dibiarkan
berkembang dengan diam-diam, tetapi perlu dijadikan kepedulian dari pihak
terkait. Pemecahan suatu konflik membutuhkan keberanian untuk menjadikan
konflik itu sebagai suatu isu yang patut dicarikan pemecahannya oleh
pihak-pihak terkait dengan terbuka, adil, dan tuntas[2].
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
tim penulis merumuskan permasalahan yang akan ditulis dalam permasalahan ini
sebagai berikut:
-
Strategik
apa yang harus dipahami dalam kepemimpinan?
-
Bagaimana
penyelesian suatu konflik yang baik?
C.
Tujuan penulisan
Dalam setiap yang dilakukan seseorang,
tujuan akhir merupakan pokok yang menjadi target tindakan itu sendiri, begitu
pula dalam penulisan, maka ini selayaknya mempunyai tujuan yang jelas, maka
tujuan penulisan ini sebagai berikut:
-
Dapat menentukan
strategik yang tepat dalam kepemimpinan.
-
Dapat
menyelesaikan suatu konflik secara transparan.
BAB
II
PEMBAHASAN
KEPEMIMPINAN
1.
PENGERTIAN
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan (leadership) telah
didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang
berbeda pula. Menurut Stoner, kepemimpinan manajerinal dapat didefinisikan
sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan
dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya
Ada tiga implikasi penting dari definisi
tersebut:
a. Kepemimpinan
menyangkut orang lain- bawahan atau pengikut. Tanpa bawahan, semua
kualitas kepemimpinan seorang manajer menjadi tidak relevan.
b. Kepemimpinan
menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang diantaranya para pemimpindan anggota kelompok.
c. Dapat
mempengaruhi bagaimana bawahan
melaksanakan perintahnya .
Kepemimpinan adalah bagian penting dari
manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan
yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai
tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepentingan kepemimpinan, tetapi juga
mencakup fungsi-fungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan
pengawasan.
2.
PENDEKATAN-PENDEKATAN
STUDI KEPEMIMPINAN
Penelitian-penelitian dan teori-teori
kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan-pendekatan kesifatan,
perilaku, dan situasional (“contingency”) dalam studi tentang
kepemimpinan.
Beberapa pendekatan-pendekatan studi
kepemimpinan, sebagai berikut:
a. Kepemimpinan
sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (traits) yang tampak.
b. Kepemimpinan
bermaksud mengedentifikasi perilaku-perilaku (behaviors) pribadi yang berhubungan
dengan kepemimpian efektif.
Berdasarkan
pendekatan-pendekatan studi kepemimpinan tersebut dapat
disimpulkan
bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu yang memperagakan
perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok
apapun di mana dia berada.
c. Kepemimpinan
dari pandangan situasional yang menganggap bahwa kondisi yang menentukan
efektifitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi tugas-tugas yang dilakukan,
keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi,
menunjukkan
sifat-sifat tertentu yang tampaknya penting untuk kepemimpinan efektif.
Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kememampuan
melakukan pengawasan (supervisory ability) dan pengarahan terhadap
pekerjaan orang lain
b. Kebutuhan
akan prestasi dalam pekerjaan
c. Ketegasan
(decisiveness)
d. Kepercayaan
diri
e. Inisiatif.
3.
PERILAKU
KEPEMIMPINAN
d. pengalaman
masa lalu pemimpin dan bawahan, dan sebagainya.
Ketiga
pendekatan tersebut akan dibahas secara kronologik, sebagai berikut:
Sifat-Sifat
→ Perilaku →situasional -------contingency
|
4.
SIFAT-SIFAT
KEPEMIMPINAN
Seorang peneliti yang bernama Edwin
Ghiselli, dalam penelitian ilmiahnya telah
Perilaku-perilaku kepemimpinan yang sesuai dalam situasi, tidak perlu
harus cocok dalam situasi lain, serta memusatkan pada aspek perilaku
kepemimpinan, yaitu fungsi-fungsi dan gaya-gaya kepemimpinan.
a.
Fungsi-Fungsi
Kepemimpinan
Agar fungsi-fungsi berjalan efektif, seseorang harus melaksanakan dua
fungsi utama, yaitu:
a)
Fungsi-fungsi
yang berhubungan dengan tugas (“task-realated”) atau pemecahan masalah
b)
Fungsi-fungsi pemeliharaan
kelompok (“group-maintenance”) atau sosial
b.
Gaya-Gaya
Kepemimpinan
Dua gaya pemimpin dalam hubungan dengan bawahan, yaitu:
a)
Gaya dengan
orientasi tugas (task-oriented)
Pemimpin berorientasi terhadap tugas untuk mengarahkan dan mengawasi
bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang
diinginkannya.
b)
Gaya dengan
orientasi karyawan (employee-oriented)
Gaya pemimpin yang berorientasi dengan karyawan akan lebih memotivasi
bawahan dibandingkan mengawasi mereka[3].
5.
POLA
KEPEMIMPINAN KON TEMPORER
Perkembangan pemahaman banyak terjadi
kerena perubahan pemahaman yang drastis tentang makna dunia bisnis dan dunia
kerja, yaitu sebagai berikut:
a. Orang
lebih banyak memandang kepemimpinan pada peningkatan kualitas interaksi
vertikal dan horizontal dianatar anggota suatu komunitas kerja atau usaha
b. Orang
lebih melihat pemimpin sebagai orang pertama diantara setara, yang mampu
melayani dan memfasilitasi orang lain dalam berbagai proses kerja dan usaha
c. Ketulusan
dan antusiasme dari pemimpin
d. Mengajak
pengikutnya bekerja dan mengatur dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya tanpa
supervisi.
Adapun
pola kepemimpian kontemporer, adalah sebagai berikut:
A. Kepemimpinan
Traksional
Pola kepemimpinan traksional dapat menghasilkan kinerja yang baik ,
tetapi mudah terjebak dalam kondisi yang kontraproduktif.
Pola kepemimpinan ini harus dicermati dengan seksama keberadaannya
dicirikan sebagai berikut:
1) Laissez
faire
Praktik kepemimpinan Laissez faire ditandai perilaku pemimpin
yang kurang peduli dengan apa yang terjadi dengan apa yang terjadi di
sekitarnya.
2) Manajemen-dengan-Eksepsi
(Pasif)
Aktivitas ini menunjukkan peningkatan kualitas pertukaran di antara pemimpin
dan pengikutnya.
3) Manajemen-dengan-Eksepsi
(Aktif)
Pola kepemimpinan yang bersifat aktif ditujukan untuk membagun keinginan
anggota perusahaan untuk mencari atau merumuskan secara arif permasalahan yang
dihadapi perusahaan dan mengambil tidakan korektif dengan cepat sebelum
permasalahan membesar.
4) Imbalan
Kontinjen (contingent)
Pola kepemimpinan seperti ini mendorong anggota
perusahaan untuk bekerja sesuai aturan, bekerja secara berencana , mencapai
sasaran yang telah ditetapkan, dan menghasilkan produk atau jasa yang memenuhi
standar.
B. Kepemimpinan
Transformasional
Kepemimpinan tranformasional didefinisikan sebagai suatu cara untuk memengaruhi orang
lain sedemikian sehingga mereka mau dan rela memunculkan kebijakan dan
kapabilitas terbaiknya di dalam proses penciptaan nilai.
Apabila seorang pemimpin transformasional sering dianggap sebagai
pemimpin yang menumbuhkan pemimpin yang baru
Ada beberapa perilaku pemimpin transformasional adalah sebagai berikut:
1) Konsiderasi
pribadi
Perilaku konderasi pribadi adalah pemimpin tidak saja memikirkan
memperkerjakan anggotanya secara bertanggug jawab, tetapi juga peduli dengan
harapan , kebutuhan, dan aspirasi pengembangan.
2) Stimulasi
intelektual
Perilaku stimulasi intelektual dirasakan oleh para anggota perusahaan
sebagai suatu dorongan untuk menyikapi segala perbedaan dengan arif,
mempertanyakan kembali kondisi perusahaan , dan mencari solusi yang dapa
diterima oleh sebanyak mungkin anggota.
3) Motivasi
inspirasional
Perilaku motivasi inspirasional adalah pemimpin yang dapat menginspirasi
dan membangkitkan semangat anggotanya bahwa dia adalah pekerja keras dan
cerdas.
4) Idealisme
pengaruh
Perilaku idealisme adalah pemimpin yang memanfaatkan kelebihan
intelektualnya ,gagasannya yang lebih orisinal, dan kemampuannya untuk
menunjukkan kepada semua anggota betapa pentingnya kontribusi mereka secara
individual maupun kolektif, untuk mewujudkan cita-cita ideal yang telah
disepakati bersama.
C. Kepemimpin
Sinergistik
Kepemimpinan sinergestik didefinisikan sebagai pola kepemimpinan yang
mampu membangkitkan semangat anggota untuk memadukan intelek mereka yang bineka
menjadi kapabilitas kolektif yang dapat digunakan untuk menghasilkan kinerja
bermakna yang dinilai melebihi ekspektasi.
Beberapa perilaku kepemimpinan sinergistik adalah sebagai berikut
1) Manajemen
konflik
Seorang pemimpin perlu dengan berani mengahadapi konflik yang timbul
diantara sesama anggota. Konflik perlu dihadapi secara terbuka, dibahas di
dalam forum publik secara arif, dan dibebaskan dari personalisasi isu yang
menjadi sumber konflik.
2) Membangun
solidaritas
Pemimpin yang berperilaku membangun solidaritas dicirikan oleh
kemampuannya untuk mebangun jejaring kerja sama, baik jejaring kerja sama
internal maupun kepeloporannya dalam membagun berbagai analisis strategik
dengan para mitra bisnis.
3) Kolaborasi
cerdas
Pemimpin akan mengajak anggotanya untuk melihat permasalahan dengan
sudut pandang yang sama, meskipun tidak mengabaikan pandangan yang berbeda.
D. Kepemimpinan
Visioner
Kepemimpinan visioner adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk
memberi arti pada kerja sama sinergistik diantara sesama anggota perusahaan
maupun dengan pihak lain, dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja sama
tersebut.
Beberapa fungsi kepemimpinan visioner adalah:
1) Panutan
moral
Pemimpin visioner perlu menjaga agar perilaku bergairah dari anggota
perusahaan dapat benar-benar dimanfaatkan bagi kepentingan perusahaan dan para
pemangku kepentingannya.
2) Pengembangan
aspirasi
Pemimpin akan mengajak anggotanya mengaitkan kerja mereka dengan usaha
mewujudkan suatu aspirasi bersama di
masa depan. Dan para anggota juga diajak berorientasi ke masa depan.
3) Pemaknaan
kerja
Pemimpin
akan menghargai setiap kerja yang dijalankan setiap anggota karena dia yakin
semua pekerjaan itu diperlukan perusahaan untuk mencapai cita-cita idealnya[4].
MANAJEMEN KONFLIK
A.DEFINISI MANAJEMEN KONFLIK
Manajemen konflik merupakan
serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu
konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi
pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku)
dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan
interpretasi.
1.Definisi Manajemen
R Terry
Manajemen merupakan suatu proseskhas yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran
yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya.
James F Stoner
Manajemen adalah proses
perencanaan,pengorganisasian,danpenggunaan sumber daya-sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan rganisasi yang telah ditetapkan.
2.Definisi Konflik
Ada beberapa pendapat mengenai manajemen
konflik diantaranya :
Menurut Ross
(1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku
atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu
yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian
konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif,
kreatif, bermufakat, atau agresif.
Menurut Minnery
(1980:220) menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan proses, sama halnya
dengan perencanaan kota merupakan proses. dan proses manajemen konflik perencanaan
kota merupakan bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa
pendekatan model manajemen konflik perencanaan kota secara terus menerus
mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang representatif dan ideal.
Berdasarkan uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Konflik adalah suatu cara atau proses
mengambil langkah-langkah oleh para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka
mengarahkan perselisihan ke arah hasil yang positif dengan melakukan
pendekatan, komunikasi dan evaluasi untuk mendapatkan penyempurnaan untuk
mendukung tujuan yang telah ditetapkan.
B.ASPEK-ASPEK DALAM MANAJEMEN KONFLIK
Dalam Manajemen konflik ada 2
aspek yang bisa muncul yaitu aspek positif dan aspek negatif.
1.Aspek Positif
Konflik bisa jadi merupakan
sumber energi dan kreativitas yang positif apabila dikelola dengan baik.
Misalnya, konflik dapat menggerakan suatu perubahan :
Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan
dan tanggung jawab mereka.
Memberikan saluran baru untuk komunikasi.
Menumbuhkan semangat baru pada staf.
Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi.
Menghasilkan distribusi sumber tenagayang lebih meratadalam organisasi.
2.Aspek Negatif
Apabila konflik mengarah pada
hal negatif dan kondisi destruktif baik untuk perorangan maupun kelompok, maka
hal ini dapat berdampak :
Penurunan efektivitas kerja;
Adanya penolakan;
Resistensi terhadap perubahan;
Apatis,
Acuh tak acuh,
Bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif, berupa demonstrasi.
Konflik bisa di sebabkna oleh beberapa hal yang mengakibatkan ke dua aspek
(posif/negatif) tersebut bisa terjadi, diantaranya :
Batasan pekerjaan yang tidak jelas
Hambatan komunikasi
Tekanan waktu
Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
Pertikaian antar pribadi
Perbedaan status
Harapan yang tidak terwujud
C.PENGELOLAAN KONFLIK
Sepanjang kehidupan manusia
senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik baik itu secara individu
maupun organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan.
Demikian halnya dengan kehidupan organisasi, setiap anggota organisasi
senantiasa dihadapkan pada konflik. Agar konflik tidak jadi berlarut-larut maka
konflik dapat dicegah atau dikelola dengan :
1.Disiplin
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
2.Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan
Konflik dapat dikelola dengan
mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan
hidupnya. Misalnya; Perawat junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk
mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior
yang berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
3.Komunikasi
Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
4.Mendengarkan secara aktif
Mendengarkan secara aktif
merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa
penerimaan para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka
dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka
telah mendengarkan.
Dalam mengelola konflik tidak bisa begitu saja tapi di perlukan teknik atau
keahlian untuk mengelola konflik seperti pendekatan dalam resolusi konflik
tergantung pada :
1.Konflik itu sendiri
2.Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya
3.Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik
4.Pentingnya isu yang menimbulkan konflik
5.Ketersediaan waktu dan tenaga
D.METODE PENANGAN KONFLIK
Dalam menyelesaikan konflik
kita membutuhkan beberapa metode. Metode yang sering digunakan untuk menangani
konflik adalah :
1.Mengurangi konflik;
Untuk metode pengurangan konflik
salah satu cara yang sering efektif adalah dengan mendinginkan persoalan
terlebih dahulu (cooling thing down). Meskipun demikian cara semacam ini
sebenarnya belum menyentuh persoalan yang sebenarnya. Cara lain adalah dengan
membuat “musuh bersama”, sehingga para anggota di dalam kelompok tersebut
bersatu untuk menghadapi “musuh” tersebut. Cara semacam ini sebenarnya juga
hanya mengalihkan perhatian para anggota kelompok yang sedang mengalami
konflik.
2.Menyelesaikan konflik.
Cara dengan metode penyelesaian
konflik yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a.Dominasi (Penekanan)
Metode-metode dominasi biasanya
memilki dua macam persamaan, yaitu
1)Mereka menekan konflik, dan bahkan menyelesaikannya dengan jalan
memaksakan konflik tersebut menghilang “di bawah tanah”;
2)Mereka menimbulkan suatu situasi manang-kalah, di mana pihak yang kalah
terpaksa mengalah karena otoritas lebih tinggi, atau pihak yang lebih besar
kekuasaanya, dan mereka biasanya menjadi tidak puas, dan sikap bermusuhan
muncul.
Tindakan dominasi dapat terjadi dengan macam-macam cara sebagai berikut
1)Memaksa (Forcing)
Apabila orang yang berkuasa pada
pokoknya menyatakan “Sudah, jangan banyak bicara, saya berkuasa di sini, dan
Saudara harus melaksanakan perintah saya”, maka semua argumen habis sudah.
Supresi otokratis demikian memang dapat menyebabkan timbulnya ekspresi-ekspresi
konflik yang tidak langsung, tetapi destruktif seperti misalnya ketaatan dengan
sikap permusuhan (Malicious obedience) Gejala tersebut merupakan salah satu di
antara banyak macam bentuk konflik, yang dapat menyebar, apabila supresi
(peneanan) konflik terus-menerusa diterapkan.
2)Membujuk (Smoothing)
Dalam kasus membujuk, yang merupakan sebuah
cara untuk menekan (mensupresi) konflik dengan cara yang lebih diplomatic, sang
manager mencoba mengurangi luas dan pentingnya ketidaksetujuan yang ada, dan ia
mencoba secara sepihak membujuk phak lain, untuk mengkuti keinginannya. Apabila
sang manager memilki lebih banyak informasi dibandingkan dengan pihak lain
tersebut, dan sarannya cukup masuk akal, maka metode tersebut dapat bersifat
efektif. Tetapi andaikata terdapat perasaan bahwa sang menejer menguntungkan
pihak tertentu, atau tidak memahami persoalan yang berlaku, maka pihak lain
yang kalah akan menentangnya.
3)Menghindari (Avoidence)
Apabila kelompok-kelompok yang
sedang bertengkar datang pada seorang manajer untuk meminta keputusannya,
tetapi ternyata bahwa sang manajer menolak untuk turut campur dalam persoalan
tersebut, maka setiap pihak akan mengalami perasaan tidak puas. Memang perlu
diakui bahwa sikap pura-pura bahwa tidak ada konflik, merupakan seuah bentuk
tindakan menghindari. Bentuk lain adalah penolakan (refusal) untuk menghadapi
konflik, dengan jalan mengulur-ulur waktu, dan berulangkali menangguhkan
tindakan, “sampai diperoleh lebih banyak informasi”.
4)Keinginan Mayoritas (Majority Rule)
Upaya untuk menyelesaikan
konflik kelompok melalui pemungutan suara, dimana suara terbanyak menang
(majority vote) dapat merupakan sebuah cara efektif, apabla para angota
menganggap prosedur yang bersangkutan sebagai prosedur yang “fair” Tetapi,
apabila salah satu blok yang memberi suara terus-menerus mencapai kemenangan,
maka pihak yang kalah akan merasa diri lemah dan mereka akan mengalami
frustrasi.
b.Penyelesaian secara integratif
Dengan menyelesaikan konflik
secara integratif, konflik antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan
persoalan bersama yang bisa dipecahkan dengan bantuan tehnik-tehnik pemecahan
masalah (problem solving). Pihak-pihak yang bertentangan bersama-sama mencoba
memecahkan masalahnya,dan bukan hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi.
Meskipun hal ini merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya
sering sulit tercapai secara memuaskan karena kurang adanya kemauan yang
sunguh-sungguh dan jujur untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan persoalan.
Menurut (Winardi, 1994 : 84-
89) ada tiga macam tipe metode penyelesaian konflik secara integrative
yaitu metode :
1)Consensus (concencus);
2)Konfrontasi (Confrontation);
3)Penggunaan tujuan-tujuan superordinat (Superordinate goals)
c.Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
Win-Lose Orientation terdiri dari lima orientasi sebagai berikut:
1)Win-Lose (Menang – Kalah)
Paradigma ini mengatakan jika “saya menang, anda kalah “. Dalam gaya ini
seseorang cenderung menggunakan kekuasaan, jabatan, mandat, barang milik, atau
kepribadian untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan mengorbankan orang
lain. Dengan paradigma ini seseorang akan merasa berarti jika ia bisa menang
dan orang lain kalah. Ia akan merasa terancam dan iri jika orang lain menang
sebab ia berpikir jika orang lain menang pasti dirinya kalah. Jika menang pun
sebenarnya ia diliputi rasa bersalah karena ia menganggap kemenangannya pasti
mengorbankan orang lain. Pihak yang kalah pun akan menyimpan rasa kecewa, sakit
hati, dan merasa diabaikan.
Sikap Menang-Kalah dapat muncul dalam bentuk
Sikap Menang-Kalah dapat muncul dalam bentuk
a)Menggunakan orang lain , baik secara emosional atau pun fisik, untuk
kepentingan diri.
b)Mencoba untuk berada di atas orang lain.
c)Menjelek-jelekkan orang lain supaya diri sendiri nampak baik.
d)Selalu mencoba memaksakan kehendak tanpa memperhatikan perasaan orang
lain.
e)Iri dan dengki ketika orang lain berhasil
2)Lose-Win (Kalah – Menang)
Dalam gaya ini seseorang tidak
mempunyai tuntutan, visi, dan harapan. Ia cenderung cepat menyenangkan atau
memenuhi tuntutan orang lain. Mereka mencari kekuatan dari popularitas atau
penerimaan. Karena paradigma ini lebih mementingkan popularitas dan penerimaan maka
menang bukanlah yang utama. Akibatnya banyak perasaan yang terpendam dan tidak
terungkapkan sehingga akan menyebabkan penyakit psikosomatik seperti sesak
napas, saraf, gangguan sistem peredaran darah yang merupakan perwujudan dari
kekecewaan dan kemarahan yang mendalam.
3)Lose-Lose (Kalah – Kalah)
Biasanya terjadi jika orang yang
bertemu sama-sama punya paradigma Menang-Kalah. Karena keduanya tidak bisa
bernegosiasi secara sehat, maka mereka berprinsip jika tidak ada yang menang ,
lebih baik semuanya kalah. Mereka berpusat pada musuh, yang ada hanya perasaan
dendam tanpa menyadari jika orang lain kalah dan dirinya kalah sama saja dengan
bunuh diri.
4)Win (Menang)
Orang bermentalitas menang tidak
harus menginginkan orang lain kalah. Yang penting adalah mereka mendapatkan apa
yang mereka inginkan. Orang bermentalitas menang menjadi egois dan akan
mencapai tujuannya sendiri. Jika hal ini menjadi pola hidupnya maka ia tidak
akan bisa akrab dengan orang lain, merasa kesepian, dan sulit kerja sama dalam
tim.
5)Win-Win (Menang-Menang)
Menang-Menang adalah kerangka
pikiran dan hati yang terus menerus mencari keuntungan bersama dalam semua
interaksi. Menang-Menang berarti mengusahakan semua pihak merasa senang dan
puas dengan pemecahan masalah atau keputusan yang diambil. Paradigma ini
memandang kehidupan sebagai arena kerja sama bukan persaingan. Paradigma ini
akan menimbulkan kepuasan pada kedua belah pihak dan akan meningkatkan kerja
sama kreatif.
d.Kompromi
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang di tengah dari dua pihak yang berkonflik. Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak membuat penyelesaian yang terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik.
Yang termasuk kompromi diantaranya adalah:
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang di tengah dari dua pihak yang berkonflik. Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak membuat penyelesaian yang terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik.
Yang termasuk kompromi diantaranya adalah:
1)Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
2)Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
e.Konflik Antara Karyawan dengan Pimpinan
Konflik jenis ini relatif sulit
karena sering tidak dinyatakan secara terbuka. Umumnya karyawan pihak karyawan
lebih cenderung untuk diam, meskipun mengalami pertentangan dengan pihak
atasan. Yang penting bagi suatu organisasi adalah agar setiap konflik hendaknya
bisa diselesaikan dengan baik. Kebanyakan suatu konflik menjadi makin berat
karena lama terpendam. Karena itulah penting bagi suatu organisasi “menemukan”
konflik atau sumbernya sedini mungkin. Cara yang ditempuh adalah dengan
menggalakkan saluran komunikasi ke atas ( up ward channel of communication ).
Menurut Heidjrachman Ranupandojo ada beberapa cara yang bisa dipakai untuk
menemukan konflik atau sumbernya, yaitu :
1)Membuat prosedur penyelesaian konflik (grievance procedure)
Dengan adanya “grievance
procedure” ini memberanikan karyawan untuk mengadu kalau dirasakan adanya
ketidak adilan. Keberanian untuk segera memberitahukan masalah, merupakan suatu
keuntungan bagi organisasi/perusahaan.
2)Observasi langsung
Tidak semua konflik disuarakan oleh karyawan. Oleh karena itu ketajaman observasi dari pimpinan akan dapat mendeteksi ada tidaknya suatu (sumber) konflik, sehingga dapat segera ditangani sebelum mengalami eskalasi.
Tidak semua konflik disuarakan oleh karyawan. Oleh karena itu ketajaman observasi dari pimpinan akan dapat mendeteksi ada tidaknya suatu (sumber) konflik, sehingga dapat segera ditangani sebelum mengalami eskalasi.
3)Kotak saran (suggestion box)
Cara semacam ini banyak
digunakan oleh perusahaan atau lembaga-lembaga lain. Cara ini cukup efektif
karena para karyawan ataupun para pengadu tidak perlu bertatap muka dengan
pimpinan. Bahkan bisa merahasiakan identitasnya. Namun, lembaga juga harus
hati-hati karena adanya kemungkinan adanya “fitnah” dari kotak saran tersebut.
4)Politik pintu terbuka
Politik pintu terbuka memang
sering diumumkan, tetapi hasilnya sering tidak memuaskan. Hal ini sering
terjadi karena pihak pimpinan tidak sungguh-sungguh dalam “membuka” pintunya.
Paling tidak ini dirasakan oleh karyawan. Juga adanya keseganan dari pihak
karyawan sering menjadi penghalang terhadap keberhasilan cara semacam ini.
5)Mengangkat konsultan personalia
Konsultan personalia pada umumnya
seorang ahli dalam bidang psikologi dan biasanya merupakan staf dari bagian
personalia. Kadang-kaang karyawan segan pergi menemui atasannya, tetapi bisa
menceritakan kesulitannya pada konsultan psikologi ini.
6)Mengangkat “ombudsman”
Ombudsman adalah orang yang
bertugas membantu “mendengarkan” kesulitan-kesulitan yang ada atau dialami oleh
karyawan untuk diberitahukan kepada pimpinan. Ombudsman biasanya adalah orang
yang disegani karena kejujuran dan keadilannya.
E.LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN MENANGANI KONFLIK
Langkah-langkah manajemen untuk
menangani konflik diataranya:
1.Menerima dan mendefinisikan pokok masalah yang menimbulkan ketidak
puasan.
Langkah ini sangat penting karena kekeliruan dalam mengetahui masalah yang sebenarnya akan menimbulkan kekeliruan pula dalam merumuskan cara pemecahannya.
Langkah ini sangat penting karena kekeliruan dalam mengetahui masalah yang sebenarnya akan menimbulkan kekeliruan pula dalam merumuskan cara pemecahannya.
2.Mengumpulkan keterangan/fakta
Fakta yang dikumpulkan haruslah lengkap dan akurat, tetapi juga harus dihindari tercampurnya dengan opini atau pendapat. Opini atau pendapat sudah dimasuki unsur subyektif. Oleh karena itu pengumpulan fakta haruslah dilakukan denganm hati-hati.
Fakta yang dikumpulkan haruslah lengkap dan akurat, tetapi juga harus dihindari tercampurnya dengan opini atau pendapat. Opini atau pendapat sudah dimasuki unsur subyektif. Oleh karena itu pengumpulan fakta haruslah dilakukan denganm hati-hati.
3.Menganalisis dan memutuskan
Dengan diketahuinya masalah dan
terkumpulnya data, manajemen haruslah mulai melakukan evaluasi terhadap
keadaan. Sering kali dari hasil analisa bisa mendapatkan berbagai alternatif
pemecahan.
4.Memberikan jawaban
Meskipun manajemen kemudian
sudah memutuskan, keputusan ini haruslah dibertahukan kepada anggota
organisasi.
5.Tindak lanjut
Langkah ini diperlukan untuk
mengawasi akibat dari keputusan yang telah diperbuat.
6.Pendisiplinan
Konflik dalam organisasi apabila tidak ditangani dengan baik bisa menimbulkan tindakan pelecehan terhadap aturan main yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu pelecehan ataupun pelanggaran terhadap peraturan permainan (peraturan organisasi) haruslah dikenai tindakan pendisiplinan agar peraturan tersebut memiliki wibawa.
Tindakan pendisiplinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendisiplinan yang bersifat positif dan yang bersifat negatif. Yang positif adalah dengan memberi nasihat untuk kebaikan pada masa yang akan datang, sedangkan cara-cara yang negatif mulai dari yang ringan sampai yang berat, antara lain dengan :
Konflik dalam organisasi apabila tidak ditangani dengan baik bisa menimbulkan tindakan pelecehan terhadap aturan main yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu pelecehan ataupun pelanggaran terhadap peraturan permainan (peraturan organisasi) haruslah dikenai tindakan pendisiplinan agar peraturan tersebut memiliki wibawa.
Tindakan pendisiplinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendisiplinan yang bersifat positif dan yang bersifat negatif. Yang positif adalah dengan memberi nasihat untuk kebaikan pada masa yang akan datang, sedangkan cara-cara yang negatif mulai dari yang ringan sampai yang berat, antara lain dengan :
a.diberi peringatan secara lesan
b.diberi peringatan secara tertulis
c.dihilangkan/dikurangi sebagian haknya
d.didenda
e.dirumahkan sementara ( lay-off )
f.diturunkan pangkat/jabatannya
g.diberhentikan dengan hormat
h.diberhentikan tidak dengan hormat
Menurut Heidjarachman
Ranupandojo pendisiplinan perlu memperhatikan beberapa pedoman, seperti :
1.Pendisiplinan hendaknya dilakukan secara pribadi/individual. Tidak
seharusnya memberikan teguran kepada bawahan di hadapan orang banyak. Hal ini
akan memalukan bawahan yang ditegur (meskipun mungkin benar bersalah), sehingga
bisa menimbulkan rasa dendam.
2.Pendisiplinan haruslah bersifat membangun. Memberikan teguran hendaknya
juga disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya berbuat untuk tidak
mengulangi kesalahan yang sama untuk waktu yang akan datang.
3.Pendisiplinan haruslah dilakukan oleh atasan langsung dengan segera.
Jangan menunda-nunda pemberian pendisiplinan sampai masalahnya terlupakan.
Sewaktu kesalahan masih segar teguran akan lebih efektif daripada diberikan
selang beberapa waktu.
4.Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan. Suatu kesalahan yang sama
hendaknya diberikan hukuman yang sama pula. Jangan melakukan pendisiplinan
dengan pilih kasih.
5.Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan pada waktu bawahan
sedang absen.
6.Setelah pendisiplinan sikap pimpinan haruslah wajar kembali.
Tidak dibenarkan apabila setelah melakukan pendisiplinan pimpinan tetap bersikap membenci bawahan yang telah melakukan kesalahan. Rasa membenci hanya akan menimbulkan perlakuan yang tidak adil.
Tidak dibenarkan apabila setelah melakukan pendisiplinan pimpinan tetap bersikap membenci bawahan yang telah melakukan kesalahan. Rasa membenci hanya akan menimbulkan perlakuan yang tidak adil.
F.APLIKASI MANAJEMEN KONFLIK
Salah satu contoh organisasi
yang dapat mengelola konflik dengan baik adalah UKM Pramuka UGM. Unit kegiatan
Mahasiswa yang hampir mencapai usia ke-26 tahun ini ternyata memiliki mekanisme
unik dalam merespon konflik yang ada di tubuhnya. Baik konflik internal
anggota, anggota-pimpinan, maupun antar pimpinan itu sendiri.
Dalam mengambil beberapa kputusan, acapkali sebuah organisasi kesulitan dalam mengakomodir segenap kepentingan anggota di dalamnya. Tidak terkecuali di tubuh UKM Pramuka UGM sendiri. Ketika pimpinan dipegang oleh sebuah kepengurusan baru, maka ada beberapa prosedur dan mekanisme wajib yang harus dijalankan. Sesuai dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan, maka setiap keputusan yang diambil harus melalui jalan musyawarah untuk mufakat.
Dalam mengambil beberapa kputusan, acapkali sebuah organisasi kesulitan dalam mengakomodir segenap kepentingan anggota di dalamnya. Tidak terkecuali di tubuh UKM Pramuka UGM sendiri. Ketika pimpinan dipegang oleh sebuah kepengurusan baru, maka ada beberapa prosedur dan mekanisme wajib yang harus dijalankan. Sesuai dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan, maka setiap keputusan yang diambil harus melalui jalan musyawarah untuk mufakat.
Di UKM Pramuka UGM dikenal istilah musyawarah kerja yang merupakan forum
tertinggi untuk menentukan program kerja apa saja yang akan dijalankan oleh
mereka. Namun sebelum masuk forum tersebut, rancangan program kerja harus
dibahas pada forum yang lebh kecil di Pimpinan Dewan Racana (Pengurus
Operasional) dan di Dewan Racana (Pengelola secara umum yang telah Pandega).
Konflik yang kerap muncul adalah konflik interpersonal dankepentingan golongan.
Hal ini sangat wajar mengingat Pramuka merupakan organisasi yang berlandaskan
prinsip kekeluargaan.
Selain pada rapat-rapat formal, konflik juga sering muncul pada kehidupan
sehari-hari di Sanggar Bakti (semacam secretariat di Gelanggang Mahasiswa UGM).
Interaksi yang terjadi hari sangat memungkinkan terjadinya konflik antar
anggota. Baik yang sifatnya laten maupun terbuka. Konflik-konflik tersebut
kerap mewarnai perjalanan dan kehidupan di Sanggar. Sehingga dinamika yang
timbul karenanya seringkali menyulitkan sekaligus menjadi sebuah tantangan bagi
pimpinan dalam mengntisipasinya.
Dalam menyikapi konflik yang terjadi di internal anggota, personil yang
secara fungsional bertanggung jawab adalah pemangku adat. Peran yang biasanya
dipegang oleh anggota yang paling tua di antara pimpinan lainnya ini adalah sebagai
seseorang yang memediasi konflik yang terjadi. Namun, selain secara personal,
terdapat beberapa badan yang dijadikan alat untuk menyelesaikan konflik jika
konflik yang dirasa tidak dapat dilaksanakan oleh pemangku adat secara
personal. Badan tersebut adalah pendamping dan Dewan Kehormatan.
Pendamping merupakan seorang kakak (sudah pandega) yang bertugas
mendampingi adiknya (calon pandega) untuk menempuh SKU Pand Pendamping,
Pemangku Adat, dan Dewan Kehormatan adalah beberapa alat yang digunakan untk melakukan
proses komunikasi antar anggota di UKM Pramuka UGM. (GBHKR Jangka Pendek
2006-2007 Gerakan Pramuka Racana Gadjah Mada dan Racana Tri bhuwanatungga
dewi).
Sebagai seorang pendamping, ia bertanggung jawab atas perilaku dan watak
adik dampingannya itu. Begitu pula dengan konflik yang mungkin muncul dari
hubungan tesebut. Dalam hal ini pendamping berfungsi laiknya orang tua yang
mengawasi dan memantau perkembangan[5].
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang
dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai
tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepentingan kepemimpinan, tetapi juga
mencakup fungsi-fungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan
pengawasan.
Manajemen Konflik
adalah suatu cara atauproses mengambil langkah-langkah oleh para pelaku atau
pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil yang positif
dengan melakukan pendekatan, komunikasi dan evaluasi untuk mendapatkan
penyempurnaan untuk mendukung tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam pengaplikasiannya konflik bisa terjadi dimana saja baik
secara individu maupun kelompok/organisasi pada kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko,
T. Hani, Manajemen edisi 2.2003. yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Hartono, Frans Mardi, Paradigma Baru Manajemen Indonesia. 2009
Bandung: Mizan Pustaka.
Laswi, Titin, MAKALAH MANEJEMEN
KONFLIK, http://googleweblight.com/?lite_url=http%3A%2F%2Ftitin-stie.blogspot.com%2F2014%2F09%2Fmakalah-manajemen-konflik.html%3Fm%3D1&ei=vstmiCfc&lc=id-ID&geid=9&s=1&m=940&ts=1449748495&sig=ALL1Aj5EBItOM6uBTZBOwgLC9i8ALfN7MQ
, Diakses pada hari Jum’at, tanggal 11 Desember 2015, jam 09:05 WITA
[1] Frans Mardi
Hartono, Paradigma Baru Manajemen Indonesia,
(Bandung: Mizan Pustaka, 2009) hlm. 486
[2] Ibid.,
hlm. 523 - 525
[3] T. Hani Handoko,
manajemen, edisi kedua,
(Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2003) hlm. 294 - 299
[4] Frans
Mardi Hartanto, ibid., hlm. 486-537
[5] Titin
Laswi, MAKALAH MANEJEMEN KONFLIK, http://googleweblight.com/?lite_url=http%3A%2F%2Ftitin-stie.blogspot.com%2F2014%2F09%2Fmakalah-manajemen-konflik.html%3Fm%3D1&ei=vstmiCfc&lc=id-ID&geid=9&s=1&m=940&ts=1449748495&sig=ALL1Aj5EBItOM6uBTZBOwgLC9i8ALfN7MQ
, Diakses pada hari Jum’at, tanggal 11 Desember 2015, jam 09:05 WITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar