KESULTANAN
ISLAM BANJAR
MUKHTAR ( 1501160246)
Kesultanan
Islam banjar adalah sebuah kerajaan
islam di Kalimantan Selatan. Kesultanan ini pada awalnya bernama Kerajaan Daha.
Saat itu, Samudera, pangeran Daha yang belum memeluk islam, meminta bantuan Kesultanan
Demak untuk merebut kekuasaan di Daha seraya berjanji akan masuk islam. Setelah
berhasil, Samudera memenuhi janjinya. ia menjadi penguasa Kesultanan Banjar
dengar gelar Maharaja Surynullah. Orang Banjarmasin sendiri lebih mengenalnya
dengan Sultan Suriansyah. Tatkala Suriansyah mangkat, ia digantikan putranya,
Sultan Rahmatullah. Setelah Rahmatullah wafat, diangkatlah purtanya,
Hidayatullah. Di masa Hidayatullah, hubungan dengan Demak terputus. Pada masa
berikutnya kerap terjadi perebutan kekuasaan di antara keluarga kesultanan.
Belanda, yang datang pada 1600-an untuk melancarkan politik divide et impera,
memamfaatkan keadaan ini sampai akhirnya menghapus kesultanan pada tahun 1860.
Wilayah kesultanan banjar antara lain meliputi daerah Sambas, Sampit,
Batangwalai, Sukadana, Tanjungwaringin, Medawi, dan Sambangan. Pada 1636
wilayahnya meluas sampai ke daerah Landak, Mendawai, Pulau Laut dan seluruh
pantai timur kalimantan termasuk kutai pasir dan Berau.
PANGERAN
ANTASARI
Pangeran anatasari (1809-1862)
adalah seorang keturunan Sultan Banjar. Ia termahsyur karena memimpin rakyat
dalam dalam Perang Banjar melawan Belanda. Dan melakukan pemberontakan terhadap
Sultan Tamjidillah yang pro dengan campur tangan Belanda. Perang tersebut
mengakibatkan Kesultanan Banjar di hapuskan oleh Belanda pada 1860, kendati
pertempuran besar melawan Belanda baru berakhir pada 1863, sedangkan
pertarungan kecil tetap berlanjut sampai 1905. Rakyat Banjarmasin melakukan
perlawanan terhadap penjajah Belanda di
bawah pimpinan Pangeran Antasari, perjuangan Pangeran Antasri kemudian di
lanjutkan oleh putranya, Sultan Muhammad Seman (w. 1905) sebagai pengeran
Banjar terakhir.
SYEKH
AL-BANJARI
Ulama besar yang berperan penting
dalam perkembangan islam di Kalimantan adalah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
(1710-1812). Saat kecil ia di jadikan anak angkat oleh Sultan Tahilullah dan ia tinggal di istana. Ketika berusia 30
tahun ia dikirim ke mekkah untuk menuntut ilmu. Ia belajar di mekkah selama 30
tahun. Sekembalinya ke Martapura, Syekh al-Banjari mendirikan pesantren Dalam
Pagar, membina masyarakat, dan mengembangkan islam hingga akhir hayatnya.
Kehadiran Syekh al-Banjari membawa sinar terang bagi syiar islam di Kalimantan.
Ia diangkat sebagai mufti kesultanan banjar. Selain itu ia juga banyak menulis
kitab fikih islam.
SULTAN SURIANSYAH
Sebelum menganut islam, Banjar adalah kerajaanyang berada
dalam kekuasaan Majapahit. Saat Majapahit mendekati keruntuhannya, islam mulai
masuk ke Kalimantan. Sesudah Sultan Suriansyah memeluk islam, Banjar pun
menjadi sebuah kesultanan. Suriansyah merupakan tokoh penting dalam sejarah
islam di Kalimantan. Masuknya sultan ke dalam islam membuat para pembesar dan
rakyat kesultanan banjar juga memeluk agama islam, setelah itu islam terus
berkembang di Kalimantan karena para sultan memberi perhatian serta dukungan
bagi perkembanganya.
RAJA-RAJA KERAJAAN
BANJAR
1.
1526-1545
Pangeran Samudra yang bergelar Sultan Suriansyah, raja pertama yang memeluk
islam
2.
1545-1570 Sultan
rahmatullah
3.
1570-1595 Sultan
Hidayatullah
4.
1595-1620 Sultan
Mustain Billah, Marhum penambahan yang di kenal sebagai pengeran kecil, Sultan
inilah yang memindahkan keraton ke kayutangi.
5.
1620-1637 Ratu
Agung bin Marhum penambahan yang bergelar sultan Inayatullah
6.
1637-1642 Ratu
Anum yang bergelar Sultan Saidullah
7.
1642-1660
Adipati Halid memegang jabatan sebagai wali sultan
8.
1660-1663
Amirullah Bagus Kesuma memegang kekuasaan hingga 1663
9.
1663-1679
Pangeran Adipati Anum setelah merebut kekuasaan memindahkan pusat pemerintahan
ke Banjarmasin begelar Sultan Agung
10.
1679-1700 Sultan
Tahlilullah
11.
1700-1734 Sultan
Tahmidullah bergelar Sultan Kuning
12.
1734-1759
Pangeran Tamjid bil Sultan Agung, yang bergelar Sultan Tamjidillah
13.
1759-1761
Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah
14.
1761-1801
Pangeran Nata Dilaga sebagai wali putra Muhammad Aliuddin yang belum dewasa
tetapi sudah memgang pemerintahan yang bergelar Sultan Tahmidullah
15.
1801-1825 Sultan
Suleman Al Mutamidullah bin Sultan Tahmidullah
16.
1825-1857 Sultan
Adam Al Wasik Billah bin Sultan Suleman
17.
1857-1859
Pangeran Tamjidillah
18.
1859-1862
Pangeran Antasari yang bergelar Panembahan Amir Oeddin Khalifatul Mu’Mina
19.
1862-1905 Sultan
Muhammad Seman yang merupakan raja terakhir dari kerajaan banjar
Kesultanan
banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama abad ke-17 dengan lada
sebagai komoditas dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur pulau
kalimantan membayar upeti pada pada kerajaan Banjarmasin. Sebelum kesultanan
Banjar membayar upeti kepada kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan
Pajang penerus Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke
jawa.
Kesimpulan
Kesultanan
Banjar sebagai kerajaan terbesar yang pernah ada di bagian selatan Borneo
memang pernah memiliki keraton sebagai tempat Raja atau Sultan menjalankan
pemerintahan. Pada awalnya lokasi keratonnya berada di Banjarmasin. Atau yang
dahulunya di kenal dengan nama Banjar Masih dengan pelabuhan perdagannya yang
di sebut orang Ngaju sebagai Bandar Masih ( bandarnya orang melayu) sebagai ibu kota kerajaan Banjar yang kemudian
menjadi Kota Banjarmasin
DAFTAR
PUSTAKA
PT
Ichtiar Baru Van Houve, enseklopedia islam untuk pelajar Terbitan PT
MandiriAbadi, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar