Halaman

Kamis, 15 Oktober 2015

Penalaran Induktif [Bahasa Indonesia]


TUGAS TERSTRUKTUR
Bahasa Indonesia
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH
Nauriatul Muharramah, SEI, M.Pd.i
Penalaran Induktif

Oleh :
Kelompok IX
Muhammad Sadriyannor
1501150144
Muhammad Khalillurrahman
1501150133
Muhammad Ridho Akbar
1501150143

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
BANJARMASIN
2015/2016
KATA PENGANTAR


 
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt dengan hati ikhlas dan pikiran yang tulus dan jernih. Karena rahmat, taufik dan hidayah serta inayahNya kami dapat menyusun tugas makalah yang sederhana ini.
Shalawat dan Salam semoga selalu tercurahkan kepada Sang figur ummat pembawa rahmat dialah Nabi besar Muhammad SAW yang sujud kepadanya seluruh Malaikat sedangkan Ia masih terkandung dalam tulang belakang ayahnya yang zahir, yaitu Nabiyullah Adam A.S
Pembuatan tugas makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan oleh Nuariatul Muharramah, SEI, M.Pd.iselaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai bahan dalam mempelajari apa itu “Penalaran Induktif”
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan dari segi isi, bahasa, analisis dan lain sebagainya. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan khazanah dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini.



Banjarmasin,   Oktober 2015

Tim Penulis
                                               



DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................i
Daftar isi.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A.    Latar Belakang....................................................................................1
B.     Rumusan Masalah...............................................................................2
C.     Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
A.    Penalaran Induktif..............................................................................3
B.     Definisi Lain Penalaran Induktif........................................................6
BAB III PENUTUP........................................................................................8
A.    Kesimpulan..........................................................................................8
B.     Saran....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
[1]Di dunia ini diciptakan Manusia dan binatang keduanya memiliki pengetahuan. Pengetahuan ini digunakan untuk membedakan baik dan buruk, hitam dan putih.. Senantiasa pengetahuan ini dikembangkan menurut permasalahan hidupnnya. Manusia lain dengan binatang, binaang menggunakan pengetahuannya hanya untuk bertahan hidup. Binatang dibekali pengetahuan untuk mengenali predator yang mengintai dirinya dan mengambil tindakan untuk melindungi diri. Akan tetapi, pengetahuan binatang tersebut tidak mampu mereka kembangkan. Jadi, pengetahuan binatang hanya digunakan untuk bertahan hidup.
Ada dua penyebab manusia mampu mengembangkan pengetahuannya. Pertama ialah karena manusia memiliki bahasa. Bahasa ini berguna dalam melakukan pengomunikasian informasi dan jalan pikiran yang melandasi informasi tersebut. Kedua adalah adanya kemampuan manusia dalam berpikir berdasarkan suatu alur kerangka berpikir tertentu. Cara berpikir inilah yang disebut dengan penalaran.
Menurut S. Suriasumantri, penalaran merupakan sebuah proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Jelas sekali bahwa penalaran berkaitan dengan proses berpikir, bukan dengan merasa. Berpikir adalah kegiatan untuk memperoleh kebenaran. Proses berpikir yang berbeda mengakibatkan kebenaran berbeda-beda bagi setiap orang. Kriteria kebenaran terdapat pada setiap jalan pikiran sekaligus sebagai landasan bagi proses penemuan kebenaran.
B.     Rumusan  Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tim penulis merumuskan permasalahan yang akan ditulis dalam permasalahan ini sebagai berikut:
·                     Apa pengertian penalaran induktif?

C.    Tujuan Penulisan
Dalam setiap yang dilakukan seseorang, tujuan akhir merupakan pokok yang menjadi target tindakan itu sendiri, begitu pula dalam penulisan, maka ini selayaknya mempunyai tujuan yang jelas, maka tujuan penulisan ini sebagai berikut:
·                     Dapat memahami tentang penalaran induktif?



BAB II
PEMBAHASAN
A.                PERNALARAN INDUKTIF
[2]Pernalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus dari pada penyataan (premis).
Beberapa bentuk pernalaran induktif adalah sebagai berikut:
1.      Generalisasi
Generalisasi ialah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar”. Hal  dapat kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran seperti itu.
Contoh:
      Jika dipanaskan, besi memuai.
      Jika dipanaskan, tembaga menuai.
      Jika dipanaskan, emas memuai.
      Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Sahih atau tidak sahihnya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal yang berikut.
1)      Data itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan, makin sahih simpulan yang diperoleh.
2)      Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang sahih.
3)      Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.
2.      Analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh:
      Nina adalah lulusan akademi A.
      Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
      Ali adalah lulusan akademi A.
      Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
      Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut.
1)      Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2)      Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan
3)      Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.
3.      Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah pernalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering ditemukan. Hujan turun dan jalan-jalan becek. Ia kena penyakit kanker darah da meningggal dunia. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungna antarmasalah, yaitu sebagai berikut.
a.       Sebab-Akibat
Sebab-akibat ini berpola A memnyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih darin satu.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan kesimpulan pernalaran. Hai ini kan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap sebuah akibat yang nyata. Kalau kita melihat sebiji buah mangga jatuh dari batangnya, kita akan memperkirakan beberapa kemungkinan penyebabnya. Mungkin mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempas angin, dan mungkin pula dilempari oleh anak-anak. Pastilah salah satu kemungkinan itu yang menjadi penyebab nya.
Adaikata angin tiba-tiba bertiup (A), dan hujan yang tiba-tiba (B), ternyata tidak sebuah mangga pun yang jatuh (E), tentu kita dapat menyimpulkan bahwa jatuhnya uah mangga itu disebabkan oleh lemparan anak-anak (C).
Pola seperti itu dapat kita lihat pada rancangan berikut.
angin         hujan               lemparan          mangga jatuh
(A)                (B)                      (C)                   (E)
angin,        hujan                                       mangga tidak jatuh
(A)              (B)                                              (E)
Oleh sebab itu, lemparan anak menyebabkan magga jatuh
                              (C)                                           (E) 
      Pola-pola seperti itu sesuai pula dengan metode agreement yang berbunyi sebagai berikut. Jika dua kasus atau lebih dalam satu gejala mempunyai satu dan hanya satu kondisi yang dapat mengakibatkan sesuatu, kondisi itu dapat diterima sebagai penyebab sesuatu tersebut.
teh,                        gula,                garam              menyebabkan kedatangan semut
(P)             (Q)                   (R)                                           (Y)
gula,          lada,                bawang            menyebabkan kedatangan semut
(Q)             (S)                   (U)                                           (Y)
Jadi, gula               menyebabkan kedatangan semut.
         (Q)                                        (Y)
b.      Akibat-Sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristwa seseorang yang pergi ke dokter. Merupakan akibat dan sakit merupakan sebeb, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam pernalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab meru-pakan simpulan.
c.       Akibat-Akibat
Akibat-akibat adalah suatu pernalaran yang menyiratkan penyebab. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain. Contohnya adalah sebagai berikut.
Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek. Ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran dibelakang rumahnya pasti basah.
Dalam kasus iyu penyebabnya tidak ditampilkan, yaitu hari hujan. Pola itu dapat dilihat seperti berikut ini.
            hujan               menyebabkan tanah becek
(A)                               (B)
hujan               menyebabkan kain jemuran basah
(A)                               (C)
Dalam proses pernalaran, “akibat-akibat”, peristiwa tanah becek (B) merupkan data, dan peristiwa kain jemuran basah (C) merupkan simpulan.
Jadi, karena tanah becek, pasti kain jemuran basah.
                (B)                                       (C)
B.   DEFINISI LAIN PENALARAN INDUKTIF
[3]Definisi lain penalaran induktif adalah upaya menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus. Ada juga yang menyebutkan bahwa penalaran induktif adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena/gejala individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi) yang berlaku umum.
Penalaran induktif pada dasarnya terdiri dari tiga macam: generalisasi, analogi, dan sebab-akibat. Generalisasi adalah proses berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala (data) yang bersifat khusus, serupa, atau sejenis yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum. Analogi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan terhadap gejala khusus dengan membandingkan atau mengumpamakan suatu objek yang sudah teridentifikasi secara jelas terhadap objek yang dianalogikan sampai dengan kesimpulan yang berlaku umum. Sebab akibat adalah proses penalaran berdasarkan hubungan ketergabungan antargejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat-sebab, atau sebab — akibat-akibat.
Contoh tulisan dengan penalaran induktif:
“Seorang polisi lalu lintas mengamati proses peristiwa di tempat kejadian perkara suatu kecelakaan lalu lntas di perempatan Rawamangun Muka, persilangan Rawamangun Muka-Utan kayu dan Cililitan-Tanjung Priuk yang terjadi pada tanggal 10 Juli 2000 pukul 12.30. sebuah sepeda motor dari arah Tanjung Priuk menabrak mobil sehingga pintu mobil di bagian kiri rusak, penyok sedalam 10cm, dan sepeda motor tergeletak di dekat mobil yang ditabraknya. Seorang saksi mata menuturkan bahwa pengendara sepeda motor tersebut terkapar jatuh 1,5 meter di sebelah kiri sepeda motornya. Dalam pengamatannya, melalui proses perhitungan waktu, polisi menyatakan bahwa pada saat mobil melintas dari arah Cililitan ke Rawamangun Muka lampu hijau menyala dan dibenarkan oleh para saksi. Polisi menyatakan bahwa dalam keadaan lampu merah sepeda motor berkecepatan tinggi dari arah Tanjung Priuk menabrak mobil yang sedang berbelok dari arah selatan ke arah Rawamangun Muka. Hasil pengamatan: pengendara sepeda motor terbukti bersalah. Kesimpulan: (1) pengendara sepeda motor harus membiayai perbaikan mobil yang ditabraknya, (2) membayar denda atas pelanggarannya.
Contoh di atas menunjukkan penulisan dengan cara berpikir induktif. Ini dapat terlihat dengan pengumpulan fakta melalui observasi yang menghasilkan waktu kejadian, keadaan mobil dan sepeda motor, keterangan dari saksi mata, dan lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan perkiraan/estimasi tentang bagaimana dan kapan terjadinya peristiwa. Lalu dilakukan verifikasi atas fakta-fakta yang telah terkumpul sampai ditemukan kesimpulan yang disebut dengan hasil generalisasi/induksi.
BAB  III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
  Pernalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus dari pada penyataan (premis).
  Definisi lain penalaran induktif adalah upaya menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus. Ada juga yang menyebutkan bahwa penalaran induktif adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena /gejala individual untuk menurunkan suatu kesimpulan yang berlaku umum.

B.     Saran
   Dalam makalah ini tentu terdapat banyak kekurangan,  oleh sebab itu, penulis sangat  mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, dengan tujuan untuk perbaikan pada karya-karya kami berikutnya.



DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E Zaenal dan  Tasai, S Amran. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia, Cetakan Keduabelas, Jakarta: Akademika Pressindo, 2010.
Anonim http://rezaiueomanage.blogspot.co.id/2012/03/makalah-penalaran-induktif.html diakses pada 12 Oktober 2015, jam 08.35 WITA.
Anonim, https://ganjarsayogo.wordpress.com/2015/03/23/penalaran-induktif-tugas/ diakses pada 12 Oktober 2015, jam 14.10 WITA.



[1] Anonim http://rezaiueomanage.blogspot.co.id/2012/03/makalah-penalaran-induktif.html diakses pada 12 Oktober 2015, jam 08.35 WITA
[2] E. Zainal arifin&S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, cetakan keduabelas (Jakarta, Akademika Pressindo, 2010) hlm 152-155
[3]  Anonim, https://ganjarsayogo.wordpress.com/2015/03/23/penalaran-induktif-tugas/ diakses pada 12 Oktober 2015, jam 14.10 WITA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar