Halaman

Kamis, 29 Oktober 2015

Islam Jawaban Semua Masalah hidup [Pengantar Studi Islam]


TUGAS TERSTRUKTUR
Pengantar Studi Islam
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH
Drs. H. M. Nur Maksum, M.Si
Islam Jawaban Semua Masalah Hidup
Oleh :
Kelompok 5
Muhammad Ridho Akbar
1501150143
Muhammad Sadriyannor
1501150144


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
BANJARMASIN
2015/2016

 
KATA PENGANTAR


Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt dengan hati ikhlas dan pikiran yang tulus dan jernih. Karena rahmat, taufik dan hidayah serta inayahNya kami dapat menyusun tugas makalah yang sederhana ini.
Shalawat dan Salam semoga selalu tercurahkan kepada Sang figur ummat pembawa rahmat dialah Nabi besar Muhammad SAW yang sujud kepadanya seluruh Malaikat sedangkan Ia masih terkandung dalam tulang belakang ayahnya yang zahir, yaitu Nabiyullah Adam A.S.
Pembuatan tugas makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan oleh Drs. H. M. Nur Maksum, M.Si selaku dosen mata kuliah Pengantar Studi Islam sebagai bahan dalam mempelajari apa itu “Islam Jawaban Semua masalah Hidup”.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan dari segi isi, bahasa, analisis dan lain sebagainya. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan khazanah dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini.



Banjarmasin,   Oktober 2015

Tim Penulis



DAFTAR ISI
Cover............................................................................................................
Kata Pengantar.............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................1
                        Latar Belakang.......................................................................1
                        Rumusan Masalah..................................................................1
                        Tujuan Penulisan....................................................................1
BAB II............................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................2
Islam Menjawab Masalah Ketimpangan Sosial......................2
BAB III............................................................................................................6
PENUTUP.......................................................................................................6
Simpulan ..................................................................................6
Saran ........................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tiada nasihat yang lebih baik daripada Al-Qur’an dan Hadits. Tiada bekal yang lebih baik daripada keimanan. Tiada perbuatan yang lebih baik daripada amal saleh. Semuanya ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dengan tetap salaing menasihati untuk selalu menjaga kebenaran dengan penuh kesabaran.
Banyak permasalahan hidup manusia, diantaranya masalah keimanan, tujuan hidup manusia, problem sosial dan kemasyarakatan, sampai masalah-masalah aktual lainnya. Selain mengungkap berbagai masalah, tak lupa pula menyajikan cara penyelesaiannya yang diambil dari Al-Qur’an dan Hadist, yang disajikan dengan bahasa sederhana nan ringkas tapi sarat makna.
Ada juga renungan-renungan sebagai upaya saling mengingatkan tentang betapa besarnya kekuasaan dan kasih sayang Allah SWT kepada makhluk-Nya. Sehingga dengannya kita dapat lebih meningkatkan rasa syukur dan nilai ibadah kepada Allah SWT.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tim penulis merumuskan permasalahan yang akan ditulis dalam permasalahan ini sebagai berikut:
-          Masalah yang akan dikupas pada makalah ini?
-          Bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut?
-          Renungan-renungan apa yang bisa memperdalam iman kita?

C.    Tujuan Penulisan
Dalam setiap yang dilakukan seseorang, tujuan akhir merupakan pokok yang menjadi target tindakan itu sendiri, begitu pula dalam penulisan, maka ini selayaknya mempunyai tujuan yang jelas, maka tujuan penulisan ini sebagai berikut:
-          Dapat memahami masalah-masalah dalam kehidupan.
-          Bisa mengetahui cara menyelesaikan masalah dalam kehidupan.
-          Memperdalam iman melalui renungan-renungan.


BAB II
PEMBAHASAN
Dalam buku “ ISLAM Jawaban SEMUA Masalah Hidup” terdiri dari 20 bab yang membahas tentang masalah hidup manusia, yaitu:
BAB
JUDUL
I
Islam Menjawab Masalah Kemusyrikan
II
Islam Menjawab Masalah Kekufuran
III
Islam Menjawab Masalah Kemunafikan
IV
Islam Menjawab Masalah Riya’
V
Islam Menjawab Masalah Kemungkaran
VI
Islam Menjawab Masalah Khamar
VII
Islam Menjawab Masalah Seksualitas
VIII
Islam Menjawab Masalah Ketimpangan Sosial
IX
Bahaya Liberalisme dan Materialisme
X
Shalat Kunci Sukses Dunia Akhirat
XI
Seorang Muslim Tidak Akan Menyia-nyiakan Waktu
XII
Menjemput Kematian Dengan Senyuman
XIII
Islam Mengutamakan Persaudaraan
XIV
Islam Bukan Agama Para Teroris Dan Kaum Anarkis
XV
Islam Pelopor Pemberantasan Perbudakan
XVI
Islam Memuliakan Derajat Kaum Perempuan
XVII
Perhiasan Dunia Paling Berharga
XVIII
Benarkah Islam Identik Dengan Poligami?
XIX
Mengapa Pacaran Dan Tunangan Dilarang?
XX
Hukum Merayakan Hari Valentine

Dalam makalah ini tim penulis akan membahas bab pada buku tersebut, yaitu pada “BAB VIII: Islam Menjawab Masalah Ketimpangan Sosial”.
ISLAM MENJAWAB MASALAH KETIMPANGAN SOSIAL
Hai anak Adam, mendermakan kelebihan harta adalah lebih baik bagimu. Apabila engkau simpan saja, malah akan berbahaya bagimu. Tindaklah cela jika engkau hidup sederhana. Dahulukan orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Tangan yang diatas (yang memberi) adalah lebih baik daripada tangan yang dibawah (yang menerima)
(HR Muslim)
Masalah ketimpangan sosial seperti masih banyak pengemis dan orang miskin di sekitar lingkungan hidup kita, masalah ini bukan tidak bisa kita bebankan kepada pemerintah saja, tapi ini masalah yang harus diselesaikan oleh kita semua dengan saling bekerja sama satu sama lain, agar masalah ini bisa terselesaikan dengan cepat.
Bagi mereka yang kurang perduli dengan masalah tersebut, akan bersikap biasa saja menyaksikan masalah itu. Akan tetapi bagi kita yang mau peduli, tentu kita merasa sangan prihatin dengan nasib mereka jika tidak diperhatikan, tentulah akan menjadi sumber permasalahan sosial di kemudian hari.
Kondisi hidup mereka yang kurang beruntung sangatlah rawan akan  pemurtadan, kekerasan, pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak-anak.
 Sayangnya. Paham Materialisme dan Individualisme sudah sangat jauh meracuni  sebagian saudara kita sesama muslim. Mereka yang merasa sedakah hanya akan menghabiskan harta, yang mereka raih dengan jerih payah dan kerja keras.
Dalam sebuah hadis, Rasullah SAW menyatkan:
Sedekah tidaklah akan mengurangi harta. Allah akan menambah kemudian kepada hamba yang mau memberi maaf dan tawaduk (merendahkan ego karena Allah).
(HR. Muslim)
Seyogianya kita menyadari bahwa rezeki datang dari Allah SWT. Sekeras apa pun kita berusaha, tanpa seizin Allah SWT, mustahil berhasil. Kekayaan dan harta yang berlimbah pada hakikatnya merupakan cobaan dari Allah SWT. Banyak dari saudara kita sesama muslim yang terlena oleh materialisme dan individualisme sampai mereka secara tak sadar terseret pada kufur nikmat. Padahal sangatlah jelas firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an yang mengecam hal tersebut.
Dan ketika Tuhanmu memaklumkan: “sungguh jika kamu bersyukur, pasti akan Aku tambah (nikmat) untukmu, dan jika kamu berlaku ingkar, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim, 14:7)
Rasa syukur haruslah tercermin dalam hati, terucap dalam lisan, dan terwujud dalam seluruh perbuatan kita. Paham materialisme tidak mengenal pengungkapan rasa syukur ini.
Materialisme memandang harta yang dimiliki semata-mata hasil jerih payah dan kerja keras. Memberikan sebagian harta  kepada orang lain yang membutuhkan dianggap hanya akan menguranginya. Paham materialisme sangat lekat dengan konsumerisme, dimana orang gemar berperilaku konsumtif.
Dorongan konsumerisme akan membuat kita selalu merasa kekurangan sehingga kita berusaha lebih keras lagi untuk menutup “kebutuhan semu” tersebut. Acuan yang sering kali digunakan adalah “apa yang belum dipunyai”, bukan “apa yang sudah dimiliki”. Secara psikologis, kita selalu merasa kekurangan, konsumerisme juga membuat orang sulit membedakan “apa yang diinginkan” dengan “apa yang dibutuhkan”.
Perlu diingat, kebutuhan bersifat terbatas, sedangkan keinginan adalah yang tidak terbatas. Sering kali keinginan jauh melampaui kebutuhan yang sesungguhnya karena hawa nafsu.
Jika acuannya selalu pada keinginan, maka percayalah, kita akan selalu merasa kekurangan. Kepekaan kita terhadap lingkungan orang sekitar yang serba kekurangan akan semakin tumpul. Secara perlahan kita menutup mata terhadap lingkungan, dan kemudian sifat individualistis menguasai diri kita.
Alangkah indahnya jika mereka yang diberi kelebihan harta dapat bersyukur. Lalu mengeluarkan kelebihan hartanya itu untuk membantu dan memberdayakan suadara-saudaranya yang kekurangan. Dan sebaliknya , mereka yang kurang beruntung dapat berusaha untuk mandiri berbekal bantuan dari orang-orang yang punya kelebihan harta.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
[26] Dan berikanlah hak keluarga-keluarga yang dekat, kaum miskin dan yang terlantar dalam perjalanan; dan janganlah kamu hamburkan hartamu secara boros.
[27] Sesungguhnya para pemboros betul-betul saudara setan, dam setan itu adalah sangat ingkar kepada (nikmat) Tuhannya.
(QS. Al-Isra, 17: 26-27)
Apabila kita bisa melaksanakan kandungan ayat tersebut, insya Allah akan tercipta masyarakat yang saling meyayangi. Dan bisa saling mengayomi satu sama lain antara yang kekurangan dan mampu.
 Sesungguhnya itulah salah satu bentuk hablun minannas (hubungan antara sesama manusia) yang diinginkan Allah SWT, seperti sedekah, zakat, silaturrahmi dan lain-lain.
Dengan demikian hablun minannas dan hablun minallah haruslah berjalan seiring dan seimbang. Sebab, esensi ibadah yang langsung kepada Allah SWT seperti puasa adalah agar bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh bagi orang yang sempurna puasanya, maka ia akan merasakan tentang bagaimana sakitnya menahan hawa nafsu, lapar dan haus selama berpuasa. Ini akan menimbulkan rasa kasih sayang dari dalam dirinya kepada kaum kurang mampu. Dan akan menghilangkan sifat kikirnya, serta berganti dengan kedermawanan.
Dan juga bagi orang yang sudah melaksanakan rukun islam yang ke-lima yaitu ibadah haji, ia akan mengalami kebersamaan dalam pelaksanaan ibadah haji dengan jutaan orang dengan balutan kain ihram yang sama putih. Dan tidak ada lagi perbedaan latar belakang diantara mereka, semua mengekuti aturan haji yang sama tanpa dibedakan satu dengan yang lainnya, walaupun status starata mereka di duniaberbeda-beda, tapi di mata Allah SWT semua sama, dan yang membedakan hanya lah ketakwaan mereka masing-masing individu.
Dengan pengalaman semacam ibadah haji yang telah dilakukan itu, maka sudah sepantasnya apabila telah kembali ke tanah air dari tanah suci mekkah, ia akan memandang semua orang setara dengan dirinya. Tidak lagi membeda-bedakan antara dirinya dengan orang yang kurang beruntung. Bahkan ia  menganggap dirinya setara , kecuali dalam hal mengejar ketakwaan kepada Allah SWT. Pun begitu, ia tidak membandin-bandingkan derajat ketakwaannya dengan orang lain, dan meyakini hanya Allah SWT saja yang mampu dan berhak menilai derajat ketakwaan seseorang.
Seseorang yang menghayati betul ibadah haji sangat khawatir ibadahnya tidak diterima Allah SWT karena sifat riya’, sehingga dirinya sibuk memperbaiki ibadah sampai tidak sempat mebanding-bandingkan ibadahnya dengan orang lain.
Ibadah yang menghubungkan kita secara langsung kepada Allah SWT, akan tercermin dalam sikap kita kepada orang lain di sekitar kita.
Salah besar, jika orang merasa dirinya paling baik, karena telah melaksanakan ibadah hablun minallah dengan baik, tetapi ibadahnya hablun minnasnya ia terkenal tidak peduli.
Kelebihan apa pun yang dimiliki merupakan karunia sekaligus ujian dari Allah SWT, dan akan diminta pertanggung jawabannya di hadapan Allah SWT. Beruntunglah ia yang telah mencapai nilai sempurna karena lulus dari ujian besar, yakni “Ujian Kehidupan Manusia Di Dunia”.
Tidak berlebihan jika Rasullah SAW bersabda:
Orang yang bermurah hati akan dekat kepada Allah, dekat kepada manusia, dan dekat kepada surga. Orang-orang bermurah hati akan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir akan jauh fari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang awam yang pemurah lebih disukai dari pada orang ahli yang kikir.
(HR. At-Turmuzi)
BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Dalam pemaparan makalah ini, tim penulis dapat menyimpulkan bahwa: ibadah yang bersifat Hablun Minallah (hubungan manusia) dan Hablun Minannas (hubungan langsung dengan Allah SWT) haruslah berjalan seiring dan seimbang sebab ibadah yang berhubugan langsung dengan Allah SWT, akan tercermin dalam hubungan hidup dimasyarkat dan juga bisa diterapkan dilingkungan sekitar kita sebagai bentuk toleransi terhadap sesama manusia yang pada dasarnya dimata semuanya sama, kecuali yang membedakan manusia denga manusia yang lainnya hanyalah Ketakwaan kita.
B.     Saran
Sebagai saran dari tim penulis, yaitu: kita harus bisa saling bertoleransi dengan semua makhluk ciptaan Allah SWT, terutama dengan masyarakat di lingkungan kita. Agar tercipta hubungan manusia (Hablu Minannas) yang harmonis, tolong menolong dalam hal kebaikan dan lain-lain, demi mengharapkan keridhaan dari Allah SWT.
 
DAFTAR PUSTAKA
Rachman, Iman, Islam Jawaban Semua Masalah Hidup. 2011. Jakarta: Penerbit Erlangga.

1 komentar:

  1. Sya an. Bp HM Nur Maksum memohonkan maaf apabila selama beliau mengajar ada hal yg tidak berkenan kpd mahasiswa.. wassalam..

    BalasHapus