TUGAS TERSTRUKTUR
Pengantar Studi Islam
|
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH
Drs.
H. M. Nur Maksum, M.Si
|
Islam Jawaban Semua Masalah Hidup
Oleh :
Kelompok 5
Muhammad Ridho Akbar
|
1501150143
|
Muhammad Sadriyannor
|
1501150144
|
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
BANJARMASIN
2015/2016
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah
swt dengan hati ikhlas dan pikiran yang tulus dan jernih. Karena rahmat,
taufik dan hidayah serta inayahNya kami dapat menyusun
tugas makalah yang sederhana ini.
Shalawat dan Salam semoga selalu tercurahkan kepada Sang
figur ummat pembawa rahmat dialah Nabi besar Muhammad SAW yang sujud kepadanya
seluruh Malaikat sedangkan Ia masih terkandung dalam tulang belakang ayahnya
yang zahir, yaitu Nabiyullah Adam A.S.
Pembuatan tugas makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas yang diberikan oleh Drs. H. M. Nur
Maksum, M.Si selaku dosen mata kuliah Pengantar Studi
Islam sebagai bahan dalam mempelajari apa itu “Islam Jawaban Semua masalah
Hidup”.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih banyak memiliki
kekurangan dan kesalahan dari segi isi, bahasa, analisis dan lain sebagainya.
Hal ini karena keterbatasan pengetahuan khazanah dan kemampuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan tugas ini.
|
Banjarmasin, Oktober 2015
|
|
Tim Penulis
|
DAFTAR ISI
Cover............................................................................................................
Kata Pengantar.............................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................1
Latar Belakang.......................................................................1
Rumusan Masalah..................................................................1
Tujuan Penulisan....................................................................1
BAB II............................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................2
Islam Menjawab Masalah Ketimpangan Sosial......................2
BAB III............................................................................................................6
PENUTUP.......................................................................................................6
Simpulan ..................................................................................6
Saran ........................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tiada nasihat yang lebih baik daripada Al-Qur’an dan
Hadits. Tiada bekal yang lebih baik daripada keimanan. Tiada perbuatan yang
lebih baik daripada amal saleh. Semuanya ini dapat dilakukan secara
berkesinambungan dengan tetap salaing menasihati untuk selalu menjaga kebenaran
dengan penuh kesabaran.
Banyak permasalahan hidup manusia, diantaranya masalah
keimanan, tujuan hidup manusia, problem sosial dan kemasyarakatan, sampai
masalah-masalah aktual lainnya. Selain mengungkap berbagai masalah, tak lupa
pula menyajikan cara penyelesaiannya yang diambil dari Al-Qur’an dan Hadist,
yang disajikan dengan bahasa sederhana nan ringkas tapi sarat makna.
Ada juga renungan-renungan sebagai upaya saling
mengingatkan tentang betapa besarnya kekuasaan dan kasih sayang Allah SWT
kepada makhluk-Nya. Sehingga dengannya kita dapat lebih meningkatkan rasa
syukur dan nilai ibadah kepada Allah SWT.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tim penulis
merumuskan permasalahan yang akan ditulis dalam permasalahan ini sebagai
berikut:
-
Masalah yang akan dikupas pada makalah ini?
-
Bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut?
-
Renungan-renungan apa yang bisa memperdalam iman kita?
C.
Tujuan Penulisan
Dalam setiap yang dilakukan seseorang, tujuan akhir
merupakan pokok yang menjadi target tindakan itu sendiri, begitu pula dalam
penulisan, maka ini selayaknya mempunyai tujuan yang jelas, maka tujuan
penulisan ini sebagai berikut:
-
Dapat memahami masalah-masalah dalam kehidupan.
-
Bisa mengetahui cara menyelesaikan masalah dalam
kehidupan.
-
Memperdalam iman melalui renungan-renungan.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam buku “ ISLAM Jawaban
SEMUA Masalah Hidup” terdiri dari 20 bab yang membahas tentang masalah hidup
manusia, yaitu:
BAB
|
JUDUL
|
I
|
Islam
Menjawab Masalah Kemusyrikan
|
II
|
Islam
Menjawab Masalah Kekufuran
|
III
|
Islam
Menjawab Masalah Kemunafikan
|
IV
|
Islam
Menjawab Masalah Riya’
|
V
|
Islam
Menjawab Masalah Kemungkaran
|
VI
|
Islam
Menjawab Masalah Khamar
|
VII
|
Islam
Menjawab Masalah Seksualitas
|
VIII
|
Islam
Menjawab Masalah Ketimpangan Sosial
|
IX
|
Bahaya
Liberalisme dan Materialisme
|
X
|
Shalat
Kunci Sukses Dunia Akhirat
|
XI
|
Seorang
Muslim Tidak Akan Menyia-nyiakan Waktu
|
XII
|
Menjemput
Kematian Dengan Senyuman
|
XIII
|
Islam
Mengutamakan Persaudaraan
|
XIV
|
Islam
Bukan Agama Para Teroris Dan Kaum Anarkis
|
XV
|
Islam
Pelopor Pemberantasan Perbudakan
|
XVI
|
Islam
Memuliakan Derajat Kaum Perempuan
|
XVII
|
Perhiasan
Dunia Paling Berharga
|
XVIII
|
Benarkah
Islam Identik Dengan Poligami?
|
XIX
|
Mengapa
Pacaran Dan Tunangan Dilarang?
|
XX
|
Hukum
Merayakan Hari Valentine
|
Dalam makalah ini tim penulis
akan membahas bab pada buku tersebut, yaitu pada “BAB VIII: Islam Menjawab
Masalah Ketimpangan Sosial”.
ISLAM MENJAWAB MASALAH
KETIMPANGAN SOSIAL
Hai anak Adam, mendermakan kelebihan
harta adalah lebih baik bagimu. Apabila engkau simpan saja, malah akan
berbahaya bagimu. Tindaklah cela jika engkau hidup sederhana. Dahulukan
orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Tangan yang diatas (yang memberi) adalah
lebih baik daripada tangan yang dibawah (yang menerima)
(HR Muslim)
Masalah ketimpangan sosial
seperti masih banyak pengemis dan orang miskin di sekitar lingkungan hidup
kita, masalah ini bukan tidak bisa kita bebankan kepada pemerintah saja, tapi
ini masalah yang harus diselesaikan oleh kita semua dengan saling bekerja sama
satu sama lain, agar masalah ini bisa terselesaikan dengan cepat.
Bagi mereka yang kurang perduli
dengan masalah tersebut, akan bersikap biasa saja menyaksikan masalah itu. Akan
tetapi bagi kita yang mau peduli, tentu kita merasa sangan prihatin dengan
nasib mereka jika tidak diperhatikan, tentulah akan menjadi sumber permasalahan
sosial di kemudian hari.
Kondisi hidup mereka yang
kurang beruntung sangatlah rawan akan
pemurtadan, kekerasan, pelecehan seksual terhadap perempuan dan
anak-anak.
Sayangnya. Paham Materialisme dan
Individualisme sudah sangat jauh meracuni
sebagian saudara kita sesama muslim. Mereka yang merasa sedakah hanya
akan menghabiskan harta, yang mereka raih dengan jerih payah dan kerja keras.
Dalam sebuah hadis, Rasullah
SAW menyatkan:
Sedekah tidaklah akan
mengurangi harta. Allah akan menambah kemudian kepada hamba yang mau memberi
maaf dan tawaduk (merendahkan ego karena Allah).
(HR. Muslim)
Seyogianya kita menyadari bahwa rezeki datang
dari Allah SWT. Sekeras apa pun kita berusaha, tanpa seizin Allah SWT, mustahil
berhasil. Kekayaan dan harta yang berlimbah pada hakikatnya merupakan cobaan
dari Allah SWT. Banyak dari saudara kita sesama muslim yang terlena oleh
materialisme dan individualisme sampai mereka secara tak sadar terseret pada
kufur nikmat. Padahal sangatlah jelas firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an yang
mengecam hal tersebut.
Dan ketika Tuhanmu memaklumkan:
“sungguh jika kamu bersyukur, pasti akan Aku tambah (nikmat) untukmu, dan jika
kamu berlaku ingkar, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim, 14:7)
Rasa syukur haruslah tercermin dalam hati,
terucap dalam lisan, dan terwujud dalam seluruh perbuatan kita. Paham
materialisme tidak mengenal pengungkapan rasa syukur ini.
Materialisme memandang harta yang dimiliki
semata-mata hasil jerih payah dan kerja keras. Memberikan sebagian harta kepada orang lain yang membutuhkan dianggap
hanya akan menguranginya. Paham materialisme sangat lekat dengan konsumerisme,
dimana orang gemar berperilaku konsumtif.
Dorongan konsumerisme akan membuat kita selalu
merasa kekurangan sehingga kita berusaha lebih keras lagi untuk menutup
“kebutuhan semu” tersebut. Acuan yang sering kali digunakan adalah “apa yang
belum dipunyai”, bukan “apa yang sudah dimiliki”. Secara psikologis, kita
selalu merasa kekurangan, konsumerisme juga membuat orang sulit membedakan “apa
yang diinginkan” dengan “apa yang dibutuhkan”.
Perlu diingat, kebutuhan bersifat terbatas,
sedangkan keinginan adalah yang tidak terbatas. Sering kali keinginan jauh
melampaui kebutuhan yang sesungguhnya karena hawa nafsu.
Jika acuannya selalu pada keinginan, maka
percayalah, kita akan selalu merasa kekurangan. Kepekaan kita terhadap
lingkungan orang sekitar yang serba kekurangan akan semakin tumpul. Secara
perlahan kita menutup mata terhadap lingkungan, dan kemudian sifat
individualistis menguasai diri kita.
Alangkah indahnya jika mereka yang diberi
kelebihan harta dapat bersyukur. Lalu mengeluarkan kelebihan hartanya itu untuk
membantu dan memberdayakan suadara-saudaranya yang kekurangan. Dan sebaliknya ,
mereka yang kurang beruntung dapat berusaha untuk mandiri berbekal bantuan dari
orang-orang yang punya kelebihan harta.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
[26] Dan berikanlah hak
keluarga-keluarga yang dekat, kaum miskin dan yang terlantar dalam perjalanan;
dan janganlah kamu hamburkan hartamu secara boros.
[27] Sesungguhnya para pemboros
betul-betul saudara setan, dam setan itu adalah sangat ingkar kepada (nikmat)
Tuhannya.
(QS. Al-Isra, 17: 26-27)
Apabila kita bisa melaksanakan kandungan ayat
tersebut, insya Allah akan tercipta masyarakat yang saling meyayangi. Dan bisa
saling mengayomi satu sama lain antara yang kekurangan dan mampu.
Sesungguhnya itulah salah satu bentuk hablun
minannas (hubungan antara sesama manusia) yang diinginkan Allah SWT, seperti
sedekah, zakat, silaturrahmi dan lain-lain.
Dengan demikian hablun minannas dan hablun
minallah haruslah berjalan seiring dan seimbang. Sebab, esensi ibadah yang
langsung kepada Allah SWT seperti puasa adalah agar bisa diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh bagi orang yang sempurna puasanya, maka
ia akan merasakan tentang bagaimana sakitnya menahan hawa nafsu, lapar dan haus
selama berpuasa. Ini akan menimbulkan rasa kasih sayang dari dalam dirinya
kepada kaum kurang mampu. Dan akan menghilangkan sifat kikirnya, serta berganti
dengan kedermawanan.
Dan juga bagi orang yang sudah melaksanakan rukun
islam yang ke-lima yaitu ibadah haji, ia akan mengalami kebersamaan dalam
pelaksanaan ibadah haji dengan jutaan orang dengan balutan kain ihram yang sama
putih. Dan tidak ada lagi perbedaan latar belakang diantara mereka, semua
mengekuti aturan haji yang sama tanpa dibedakan satu dengan yang lainnya,
walaupun status starata mereka di duniaberbeda-beda, tapi di mata Allah SWT
semua sama, dan yang membedakan hanya lah ketakwaan mereka masing-masing
individu.
Dengan pengalaman semacam ibadah haji yang telah
dilakukan itu, maka sudah sepantasnya apabila telah kembali ke tanah air dari
tanah suci mekkah, ia akan memandang semua orang setara dengan dirinya. Tidak
lagi membeda-bedakan antara dirinya dengan orang yang kurang beruntung. Bahkan
ia menganggap dirinya setara , kecuali
dalam hal mengejar ketakwaan kepada Allah SWT. Pun begitu, ia tidak
membandin-bandingkan derajat ketakwaannya dengan orang lain, dan meyakini hanya
Allah SWT saja yang mampu dan berhak menilai derajat ketakwaan seseorang.
Seseorang yang menghayati betul ibadah haji
sangat khawatir ibadahnya tidak diterima Allah SWT karena sifat riya’, sehingga
dirinya sibuk memperbaiki ibadah sampai tidak sempat mebanding-bandingkan
ibadahnya dengan orang lain.
Ibadah yang menghubungkan kita secara langsung
kepada Allah SWT, akan tercermin dalam sikap kita kepada orang lain di sekitar
kita.
Salah besar, jika orang merasa dirinya paling
baik, karena telah melaksanakan ibadah hablun minallah dengan baik, tetapi
ibadahnya hablun minnasnya ia terkenal tidak peduli.
Kelebihan apa pun yang dimiliki merupakan karunia
sekaligus ujian dari Allah SWT, dan akan diminta pertanggung jawabannya di
hadapan Allah SWT. Beruntunglah ia yang telah mencapai nilai sempurna karena
lulus dari ujian besar, yakni “Ujian Kehidupan Manusia Di Dunia”.
Tidak berlebihan jika Rasullah SAW bersabda:
Orang yang bermurah hati akan
dekat kepada Allah, dekat kepada manusia, dan dekat kepada surga. Orang-orang
bermurah hati akan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir akan jauh fari
Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang awam
yang pemurah lebih disukai dari pada orang ahli yang kikir.
(HR. At-Turmuzi)
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam pemaparan makalah ini,
tim penulis dapat menyimpulkan bahwa: ibadah yang bersifat Hablun Minallah
(hubungan manusia) dan Hablun Minannas (hubungan langsung dengan Allah SWT)
haruslah berjalan seiring dan seimbang sebab ibadah yang berhubugan langsung
dengan Allah SWT, akan tercermin dalam hubungan hidup dimasyarkat dan juga bisa
diterapkan dilingkungan sekitar kita sebagai bentuk toleransi terhadap sesama
manusia yang pada dasarnya dimata semuanya sama, kecuali yang membedakan
manusia denga manusia yang lainnya hanyalah Ketakwaan kita.
B. Saran
Sebagai saran dari tim penulis, yaitu: kita harus
bisa saling bertoleransi dengan semua makhluk ciptaan Allah SWT, terutama
dengan masyarakat di lingkungan kita. Agar tercipta hubungan manusia (Hablu
Minannas) yang harmonis, tolong menolong dalam hal kebaikan dan lain-lain, demi
mengharapkan keridhaan dari Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Sya an. Bp HM Nur Maksum memohonkan maaf apabila selama beliau mengajar ada hal yg tidak berkenan kpd mahasiswa.. wassalam..
BalasHapus