Halaman

Minggu, 29 November 2015

KESULTANAN ISLAM BANJAR



KESULTANAN ISLAM BANJAR

MUKHTAR ( 1501160246)
Kesultanan Islam banjar adalah  sebuah kerajaan islam di Kalimantan Selatan. Kesultanan ini pada awalnya bernama Kerajaan Daha. Saat itu, Samudera, pangeran Daha yang belum memeluk islam, meminta bantuan Kesultanan Demak untuk merebut kekuasaan di Daha seraya berjanji akan masuk islam. Setelah berhasil, Samudera memenuhi janjinya. ia menjadi penguasa Kesultanan Banjar dengar gelar Maharaja Surynullah. Orang Banjarmasin sendiri lebih mengenalnya dengan Sultan Suriansyah. Tatkala Suriansyah mangkat, ia digantikan putranya, Sultan Rahmatullah. Setelah Rahmatullah wafat, diangkatlah purtanya, Hidayatullah. Di masa Hidayatullah, hubungan dengan Demak terputus. Pada masa berikutnya kerap terjadi perebutan kekuasaan di antara keluarga kesultanan. Belanda, yang datang pada 1600-an untuk melancarkan politik divide et impera, memamfaatkan keadaan ini sampai akhirnya menghapus kesultanan pada tahun 1860. Wilayah kesultanan banjar antara lain meliputi daerah Sambas, Sampit, Batangwalai, Sukadana, Tanjungwaringin, Medawi, dan Sambangan. Pada 1636 wilayahnya meluas sampai ke daerah Landak, Mendawai, Pulau Laut dan seluruh pantai timur kalimantan termasuk kutai pasir dan Berau.
PANGERAN ANTASARI
            Pangeran anatasari (1809-1862) adalah seorang keturunan Sultan Banjar. Ia termahsyur karena memimpin rakyat dalam dalam Perang Banjar melawan Belanda. Dan melakukan pemberontakan terhadap Sultan Tamjidillah yang pro dengan campur tangan Belanda. Perang tersebut mengakibatkan Kesultanan Banjar di hapuskan oleh Belanda pada 1860, kendati pertempuran besar melawan Belanda baru berakhir pada 1863, sedangkan pertarungan kecil tetap berlanjut sampai 1905. Rakyat Banjarmasin melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda  di bawah pimpinan Pangeran Antasari, perjuangan Pangeran Antasri kemudian di lanjutkan oleh putranya, Sultan Muhammad Seman (w. 1905) sebagai pengeran Banjar terakhir.
SYEKH AL-BANJARI
            Ulama besar yang berperan penting dalam perkembangan islam di Kalimantan adalah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (1710-1812). Saat kecil ia di jadikan anak angkat oleh Sultan Tahilullah  dan ia tinggal di istana. Ketika berusia 30 tahun ia dikirim ke mekkah untuk menuntut ilmu. Ia belajar di mekkah selama 30 tahun. Sekembalinya ke Martapura, Syekh al-Banjari mendirikan pesantren Dalam Pagar, membina masyarakat, dan mengembangkan islam hingga akhir hayatnya. Kehadiran Syekh al-Banjari membawa sinar terang bagi syiar islam di Kalimantan. Ia diangkat sebagai mufti kesultanan banjar. Selain itu ia juga banyak menulis kitab fikih islam.
SULTAN SURIANSYAH
            Sebelum menganut islam, Banjar adalah kerajaanyang berada dalam kekuasaan Majapahit. Saat Majapahit mendekati keruntuhannya, islam mulai masuk ke Kalimantan. Sesudah Sultan Suriansyah memeluk islam, Banjar pun menjadi sebuah kesultanan. Suriansyah merupakan tokoh penting dalam sejarah islam di Kalimantan. Masuknya sultan ke dalam islam membuat para pembesar dan rakyat kesultanan banjar juga memeluk agama islam, setelah itu islam terus berkembang di Kalimantan karena para sultan memberi perhatian serta dukungan bagi perkembanganya.
RAJA-RAJA KERAJAAN BANJAR
1.      1526-1545 Pangeran Samudra yang bergelar Sultan Suriansyah, raja pertama yang memeluk islam
2.      1545-1570 Sultan rahmatullah
3.      1570-1595 Sultan Hidayatullah
4.      1595-1620 Sultan Mustain Billah, Marhum penambahan yang di kenal sebagai pengeran kecil, Sultan inilah yang memindahkan keraton ke kayutangi.
5.      1620-1637 Ratu Agung bin Marhum penambahan yang bergelar sultan Inayatullah
6.      1637-1642 Ratu Anum yang bergelar Sultan Saidullah
7.      1642-1660 Adipati Halid memegang jabatan sebagai wali sultan
8.      1660-1663 Amirullah Bagus Kesuma memegang kekuasaan hingga 1663
9.      1663-1679 Pangeran Adipati Anum setelah merebut kekuasaan memindahkan pusat pemerintahan ke Banjarmasin begelar Sultan Agung
10.  1679-1700 Sultan Tahlilullah
11.  1700-1734 Sultan Tahmidullah bergelar Sultan Kuning
12.  1734-1759 Pangeran Tamjid bil Sultan Agung, yang bergelar Sultan Tamjidillah
13.  1759-1761 Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah
14.  1761-1801 Pangeran Nata Dilaga sebagai wali putra Muhammad Aliuddin yang belum dewasa tetapi sudah memgang pemerintahan yang bergelar Sultan Tahmidullah
15.  1801-1825 Sultan Suleman Al Mutamidullah bin Sultan Tahmidullah
16.  1825-1857 Sultan Adam Al Wasik Billah bin Sultan Suleman
17.  1857-1859 Pangeran Tamjidillah
18.  1859-1862 Pangeran Antasari yang bergelar Panembahan Amir Oeddin Khalifatul Mu’Mina
19.  1862-1905 Sultan Muhammad Seman yang merupakan raja terakhir dari kerajaan banjar
Kesultanan banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama abad ke-17 dengan lada sebagai komoditas dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur pulau kalimantan membayar upeti pada pada kerajaan Banjarmasin. Sebelum kesultanan Banjar membayar upeti kepada kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan Pajang penerus Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke jawa.

Kesimpulan

Kesultanan Banjar sebagai kerajaan terbesar yang pernah ada di bagian selatan Borneo memang pernah memiliki keraton sebagai tempat Raja atau Sultan menjalankan pemerintahan. Pada awalnya lokasi keratonnya berada di Banjarmasin. Atau yang dahulunya di kenal dengan nama Banjar Masih dengan pelabuhan perdagannya yang di sebut orang Ngaju sebagai Bandar Masih ( bandarnya orang melayu)  sebagai ibu kota kerajaan Banjar yang kemudian menjadi Kota Banjarmasin

DAFTAR PUSTAKA
PT Ichtiar Baru Van Houve, enseklopedia islam untuk pelajar Terbitan PT MandiriAbadi, Jakarta


[1] PT Ichtiar Baru Van Hoeve, enseklopedia islam untuk pelajar,(Jakarta,PT MandiriAbadi) hal, 98

Tidak ada komentar:

Posting Komentar