Surat Al-Qadr - سورة القدر ( Kemulian )
MAKALAH
Disusun oleh Kelompok lima ( 5 )
Fatimah
Muhammad Sadriyannor
Muhammad Sauqi
Mulyana
Rahmad Danni
Siti Wardah
Zulfa Ningsih
2013 / 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah membimbing
kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan
dan petunjukNYA, penyusun tidak akan menyelesaikan makalah ini dengan penuh
kelancaran.
Makalah ini kami susun agar pembaca dapat
memahami tentang Ekonomi Dalam Islam. Penyusun juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberi
wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca.
Penyusun menyadari makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan, sehingga kami masih mengharap kritik dan saran dari para
pembaca.
Terimakasih.
Banjaramasin, November 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..........................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Tujuan
Penulisan
...................................................................................................
B. Manfaat Penulisan
......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Surah
Al – Qadr ( kemuliaan) Surat Ke 97 : 5 ayat ........................................................
B. Tafsir
surah Al – Qadr ( malam kemulian ) ....................................................................
BAB III PENUTUP
BAB
I
PENDAHULUAN
A. TujuanPenulisan
Adapun tujuan utama penulisan pembuatan makalah
ini ialah sebagai berikut :
1) Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran BTA.
2) Untuk memberikan penjelasan tentang surah Al - Qadr.
1) Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran BTA.
2) Untuk memberikan penjelasan tentang surah Al - Qadr.
B. Manfaat Penulisan
1)
Dapat menambah
pengetahuan tentang surah Al - Qadr
2)
Dapat mengetahui arti
surah Al - Qadr
3)
Dapat mengetahui hukum
bacaaan surah Al - Qadr
4)
Dapat mengetahui tafsir
dari surah Al - Qadr
5)
Dapat mengamalkan
surah Al – Qadr dalam kehidupan sehari - hari
BAB II
PEMBAHASAN
Surat Al-Qadr - سورة القدر ( Kemulian ) surat Ke 97 : 5 ayat
بسم
الله الرحمن الرحيم
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang
1.
Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.
2.
Dan tahukah kamu apakah
malam kemuliaan itu?
3.
Malam kemuliaan itu lebih
baik dari seribu bulan.
4.
Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan.
5.
Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar.
TAFSIR SURAH AL – QADR ( MALAM KEMULIAN)
Keutamaan Malam Al-Qadr (Malam
Kemuliaan)
Allah swt mengatakan bahwa Allah
mengirimkan Qur’aan selama Malam Lailatul Qadr, dan itu adalah malam yang
diberkahi seperti firman Allah:
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada
malam yang diberkahi… (Q.S. Ad-Dukhan:3)
Ini adalah Malam Lailatul Qadr dan
malam ini terjadi pada bulan Ramadhan.
Allah swt berfirman :
Allah swt berfirman :
Bulan ramadhan adalah (bulan) yang
di dalamnya diturunkan Al-Qur’an … (Q.S. Al-Baqarah:185)
Ibn Abbas dan yang lainnya
mengatakan: “Allah swt menurunkan Al-Qur’an dalam satu waktu dari Preserved
Tablet (Al-Lawh Al-Mahfuz) hingga the House of Might (Baytul-Izzah), yang
merupakan surga dunia. Lalu kemudian diturunkan sebagian-sebagian kepada utusan
Allah swt, Rasulullah saw berdasarkan kejadian yang berlangsung selama masa dua
puluh tiga tahun.
Kemudian Allah swt …….. status Malam
Lailatul Qadr, yang Allah swt kaitkan dengan Qur’an, Allah swt berfirman :
Dan tahukah kamu apakah malam
kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
[At-Tabari 24:531, 532, and Al-Qurtubi 20:130]
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
[At-Tabari 24:531, 532, and Al-Qurtubi 20:130]
Imam Ahmad mencatat bahwa Abu
Hurairah berkata : “Ketika datang bulan Ramadhan maka Nabi Muhammad saw
berkata:
“Sesungguhnya bulan Ramadhan telah datang kepadamu. Ini adalah bulan yang diberkahi, dimana Alla swt mewajibkan atas kamu brepuasa. Selama bulan ini pintu surga akan dibuka, pintu neraka akan ditutup dan setan akan dibelenggu. Di dalamnya ada malam yang lebih baik dari pada malam seribu bulan. Barangsiapa melewatkannya, maka ia benar-benar celaka.”
“Sesungguhnya bulan Ramadhan telah datang kepadamu. Ini adalah bulan yang diberkahi, dimana Alla swt mewajibkan atas kamu brepuasa. Selama bulan ini pintu surga akan dibuka, pintu neraka akan ditutup dan setan akan dibelenggu. Di dalamnya ada malam yang lebih baik dari pada malam seribu bulan. Barangsiapa melewatkannya, maka ia benar-benar celaka.”
[Ahmad 2:230. Ada saksi yang
menguatkan hadis ini : Hadis Anas bin Malik di dalam buku Sunan] An Nasai
mencatat hadis yang sama [An-Nasai 4:129]
Selain kenyataan bahwa ibadah selama
Malam Lailatul Qadr adalah sama dengan beribadah selama seribu bulan, ini juga
dinyatakan dalam dua hadis sahih dari Abu Huraitah bahwa Rasulullah saw
berkata,
“Barangsiapa yang berdiri (untuk
sholat) selama Malam Lailatul Qadr dengan keyakinan dan mengharapkan pahala
(dari Allah swt), maka ia akan diberi ampunan atas dosa-dosanya. [Fath Al-Bari
4:294, dan Muslin 1:253]
Turunnya Para Malaikat dan Ketetapan
Untuk Setiap Ibadah Selama Malam Lailatul Qadr
Allah berfirman,
Pada malam itu turun para malaikat
dan Ruh (Jibril) dengan izin Allah untuk mengatur semua urusan
Artinya, para malaikat turun dengan
melimpah selama Malam Lailatul Qadr sebagai hak atas rahmatnya yang berlimpah.
Para malaikat turun dengan membawa rahmat dan ampunan, seperti saat mereka
turun ketika Al Qu’an diwahyukan, mereka berkeliling dalam lingkaran untuk berdzikir
(mengingat Allah SWT) dan mereka merendahkan sayap-sayap mereka sebagai
penghormatan yang tulusa kepada murid pengetahuan.
Sebagai referensi Ar-Ruh, dikatakan
bahwa ini berarti malaikat JIbril, kata-kata dalam ayat ini adalah metode untuk
menambahkan nama dari objek yang berbeda (dalam hal ini Jibril) yang terpisah
dari kelompok umum (dalam hal ini para malaikat).
Merujuk pada keterangan Allah,
dengan semua urusan.
Mujahid berkata, “Kedamaian yang
meliputi semua perkara.” Sa’id bin Mansur berkata, Isa bin Yunus mengatakan
kepada kami bahwa Al’mash menceritakan kepada merekan bahwa Mujahid berkata
kepada keterangan Allah,
Ada kedamaian
“Ini adalah keamanan dimana syaitan
tidak dapat melakukan hal-hal yang jahat maupun yang merusak.” Qatadah dan yang
lainnya telah mengatakan, “Perkara-perkara in telah ditetapkan selama bulan
Ramadhan, dan waktu kematian, dan ketetapan akan diukur selama itu.”
Allah SWT berkata
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.
Lalu Allah SWT berkata,
Sejateralah (malam itu) sampai terbit fajar.
Sejateralah (malam itu) sampai terbit fajar.
Sa’id bin Mansur mengatakan,
“Hushaym menceritakan kepada kami dalam kesungguhan hati Abu Ishaq, yang
menceritakan bahwa Ash-Sha’bi berdasarkan pada keterangan Allah SWT,
Dengan segala urusan, sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
Dengan segala urusan, sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
“Para malaikat memberi salam
sejahtera selama Malam lailatul Qadr kepada orang-orang yang berdiam di mesjid
sampai terbitnya fajr (subuh).”
Qatadah dan Ibn Zayd, keduanya
mengatakan beradsarkan ketrangan Allah SWT,
Adanya kesejahteraan
“Ini artinya adanya kebaikan dan tidak ada syetan di dalamnya sampai datangnya Fajr (subuh).”
Adanya kesejahteraan
“Ini artinya adanya kebaikan dan tidak ada syetan di dalamnya sampai datangnya Fajr (subuh).”
Mencari Malam Kemuliaan dan
Tanda-tandanya
Keterangan ini didukung oleh apa
yang Imam Ahmad catat dari Ubadah bin As-Samit bahwa Rasulullah SAW berkata,
“Malam Lailatul Qadr datang selama sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan). Barangsiapa yang berdiri untuk mengerjakan sholat malam untuk mencari pahala, maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya yang dahulu dan yang akan datang. Malam Lalilatul Qadr etrjadi pada malam ganjil : malam ke dua puluh satu atau malam ke dua tujuh, malam kedua puluh lima, atau malam terakhir dari bulan Ramadhan.”
“Malam Lailatul Qadr datang selama sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan). Barangsiapa yang berdiri untuk mengerjakan sholat malam untuk mencari pahala, maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya yang dahulu dan yang akan datang. Malam Lalilatul Qadr etrjadi pada malam ganjil : malam ke dua puluh satu atau malam ke dua tujuh, malam kedua puluh lima, atau malam terakhir dari bulan Ramadhan.”
Rasulullah saw juga mengatakan,
“Sesungguhnya, tanda-tanda Malam Lailatul Qadr adalah malam yang jernih dan bersinar seperti saat bulan terang, tranquil, tenang menyinari malam itu. Tidak terlalu dingin, juga tidak terlalu panas dan tidak ada satu bintang yang muncul sampai pagi. Tanda-tanda ini diikuti dengan terbitnya matahari dengan sinar yang lembut seperti saat bulan purnama. Setan tidak diijinkan untuk keluar (bersama matahari) pada malam itu.” [Ahmad 5:324. Riwayat Murshal]
“Sesungguhnya, tanda-tanda Malam Lailatul Qadr adalah malam yang jernih dan bersinar seperti saat bulan terang, tranquil, tenang menyinari malam itu. Tidak terlalu dingin, juga tidak terlalu panas dan tidak ada satu bintang yang muncul sampai pagi. Tanda-tanda ini diikuti dengan terbitnya matahari dengan sinar yang lembut seperti saat bulan purnama. Setan tidak diijinkan untuk keluar (bersama matahari) pada malam itu.” [Ahmad 5:324. Riwayat Murshal]
Rangkaian riwayat ini baik. Di
dalamnya disebutkan beberapa keganjilan dan beberapa kata-katanya menyebutkan
objek yang terlihat.
Abu Dawud menyebutkan dalam suatu
bab di bukunya Sunan yang ia beri judul, “KItab:Penjelasan tentang Malam
Lailatul Qadr yang datang setiap Ramadhan.”
Lalu ia mencatat bahwa Abdullah bin Umar mengatakan, “Rasulullah saw sedang ditanya tentang Malam Lailatul Qadr ketika aku mendengarkan dan Beliau berkata,
Lalu ia mencatat bahwa Abdullah bin Umar mengatakan, “Rasulullah saw sedang ditanya tentang Malam Lailatul Qadr ketika aku mendengarkan dan Beliau berkata,
“Datangnya setiap bulan Ramadhan.”
[Abu Dawud 2:111. Riwayat ini berdsarkan Mawquf.]
Orang dalam rangkaian riwayat ini
adalah orang-orang yang reliable, tetapi Abu Dawud mengatakan bahwa Shu’bah dan
Sufyan, keduanya meriwayatkan dari Ishaq dan keduanya mempertimbangkannya dari
keterangan para Sahabat Rasulullah saw (Ibn Umar, dan selanjutnya ketrangan
dari Rasulullah saw sendiri)
Telah disebutkan bahwa Abu sa’id
Al-Khudri mengatakan, “Rasulullah saw melakukan Itikaf selama sepuluh haru
terakhir di bulan ramadhan dan kami juga beritikaf dengan Beliau. Kemudian
Jibril mendatanginya, dan berkata, “Apa yang engkau cari sesungguhnya ada di
hadapanmu.” Sehingga Rasulullah saw melakukan Itikaf selama pertengahan sepuluh
hari terakhir Ramadhan dan kami ikut beritikaf dengan Beliau. Kemudian datang
JIbril dan berkata, “ Apa yang engkau cari sesungguhnya telah dekat denganmu.’
Sehingga Rasulullah saw berdiri dan memberi khutbah di hari keduapuluh dan
Beliau mengatakan,
“Barangsiapa yang melakukan Itikaf denganku, kembalilah (untuk beritikaf lagi), karena sesungguhnya aku telah melihat Malam Lailatul Qadr, dan dikarenakan aku melupakannya, dan betul bahwa itu terjadi selama sepuluh malam terakhir. Selama malam ganjil dan aku melihat diriku sendiri seperti sujud diantara lumpur dan air.”
“Barangsiapa yang melakukan Itikaf denganku, kembalilah (untuk beritikaf lagi), karena sesungguhnya aku telah melihat Malam Lailatul Qadr, dan dikarenakan aku melupakannya, dan betul bahwa itu terjadi selama sepuluh malam terakhir. Selama malam ganjil dan aku melihat diriku sendiri seperti sujud diantara lumpur dan air.”
Pada saat itu atap mesjid terbuat
dari daun kurma yang kering dan kami tidak melihat sesuatu di langit (semisal
awan). Tetapi seketika itu datang segumpal awan biru dan kemusian turunlah
hujan. Kemudian Rasulullah saw memimpin kami untuk sholat sampai kami melihat
jejak dari lumpur dan air di hadapan Rasulullah saw, seperti mimpinya.
Dalam riwayat lain ditambahkan bahwa
ini terjadi pada pagi malam ke dua puluh satu (artinya di keesokan harinya).
Keduanya mencatat (Al-Bukhari dan Muslim) dalam dua hadis shaih. [fath Al Bari
2:329, 318, dan Muslim 2:824]
Ash-Shafii berkata, “Hadis ini
adalah hadis paling otentik dari yang telah dilaporkan.”
Juga telah disebutkan bahwa pada malam ke dua puluh tiga dalam hadis riwayat Abdullah bin Unays dalam Sahih Muslim. [Muslim 2:827]
Juga telah disebutkan bahwa pada malam ke dua puluh tiga dalam hadis riwayat Abdullah bin Unays dalam Sahih Muslim. [Muslim 2:827]
“Carilah di sepuluh malam terakhir
di bulan Ramadhan. Di malam ke sepuluh masih terus berlangsung, di malam
ketujuh masih terus berlamgsung, di malam kelia masih terus berlangsung.” [Fath
al-Bari 4:306]
Banyak penjelasan hadis ini yang
merujuk pada malam-malam ganjil, dan ini adalah penjelasan yang paling popular
dan yang sering muncul. Telah dikatakan juga bahwa Malam Lailatul Qadr terjadi
pada malam kedua puluh tujuh karena pa yang Muslim catat di dalam hadis sahih
dari Ubay bin Ka’b bahwa Rasulullah saw menyebutkan bahwa terjadi di malam
kedua puluh tujuh. [Muslim 2:282]
Imam Ahmad mencatat dari Zirr bahwa
dia ditanya oleh Ubayy bin Ka’b “Wahai Abu Al-Mundhir! Sesungguhnya, saudara
kamu Ibn Masud mengatakan bahwa barangsiapa yang mengerjakan sholat malam
sepanjang tahun maka ia akan meraih Malam Kemuliaan.”
Ubay kemudian menjawab, “Semoga Allah swt memberi ampunan kepadanya. Seharusnya ia tahu bahwa malam kemuliaan itu terjadi pada malam ke dua pulu tujuh (bulan Ramadhan).’ Lalu ia bersumpah dengan nama Allah swt. Zirr lalu berkata, “Bagaimana kamu mengetahuinya?”
Ubayy menjawab, “Dengan tanda dan indikasi yang diberikan oelh Rasulullah saw kepada kami. Terbitlah keesokan harinya tanpa sinar – maksudnya matahari.” [Ahmad 5:130] Muslim juga mencatatnya. [Muslim 2:82]
Ubay kemudian menjawab, “Semoga Allah swt memberi ampunan kepadanya. Seharusnya ia tahu bahwa malam kemuliaan itu terjadi pada malam ke dua pulu tujuh (bulan Ramadhan).’ Lalu ia bersumpah dengan nama Allah swt. Zirr lalu berkata, “Bagaimana kamu mengetahuinya?”
Ubayy menjawab, “Dengan tanda dan indikasi yang diberikan oelh Rasulullah saw kepada kami. Terbitlah keesokan harinya tanpa sinar – maksudnya matahari.” [Ahmad 5:130] Muslim juga mencatatnya. [Muslim 2:82]
Telah dikatakan bahwa itu terjadi
pada malam ke dua puluh sembilan. Imam Ahmad bin Hanbal mencatat dari ‘Ubadah
bin As Samit bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw tentang Malam Kemuliaan
dan Beliau menjawab,
“Carilah di bulan Ramadhan di sepuluh malam terakhir. Sesungguhnya di malam-malam ganjil, malam kedua puluh satu, atau malam kedua puluh tiga, atau malam kedua puluh lima, atau malam ke dua puluh tujuh, atau selama malam terakhir.”
[Ahmad 5:318. ada perbedaan dalam hadis ini, tetapi artinya sama dengan yang lain.]
“Carilah di bulan Ramadhan di sepuluh malam terakhir. Sesungguhnya di malam-malam ganjil, malam kedua puluh satu, atau malam kedua puluh tiga, atau malam kedua puluh lima, atau malam ke dua puluh tujuh, atau selama malam terakhir.”
[Ahmad 5:318. ada perbedaan dalam hadis ini, tetapi artinya sama dengan yang lain.]
Imam Ahmad juga mencatat dari Abu
Huaraira bahwa rasulullah saw mengatakan tentang Malam Lailatul Qadr,
“Sesungguhnya, selama malam kedua
puluh tujuh dan malam kedua puluh sembilan. Dan sesungguhnya, para malaikat
yang turun ke bumi di malam itu lebih banyak daripada jumlah baru kerikil.”
[Ahmad 2:519]
Ahmad sedang sendirian ketika
meriwayatkan hadis ini dan tidak ada keraguan dalam riwayat ini.
Ar Timidzi meriwayatkan dari Abu Qilabah
bahwa dia berkata, “Malam Lailatul Qadr bergerak dari tahun ke tahun sampai
pada sepuluh malam terakhir.” Inimenunjukan bahwa at-Tirmidzi menyebutkan dari
Abu Qilabah juga meriwayatkannya dari Malik, Ath-Thawri, Ahmad bin Hanbal,
Ishaq bin Rahuyah, Abu Thar, Al-Muzani, Abu Bakr bin Khuzaymah dan lainnya. Dan
ada hubngannya dari Ash-Shafi’I dan Al-Qadhi meriwayatkannya darinya, dan ini
yang paling diminati. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui.
Permohonan Selama Malam Kemuliaan
Di sarankan untuk mengucapkan
permohonan (berdo’a) setiap waktu, khususnya selama bulan ramadhan, dis epuluh
malam terakhir, dan selama malam-malam ganjil. Disarankan untuk mengucapkan
permohonan ini sebanyak-banyaknya:
“Ya Allah! Sesungguhnya, engkau
adalah Maha Pemberi Ampunan, Engkau menyukai ampunan, jadi maafkanlah aku.”
Ini berdasarkan apa yang Imam Ahmad
riwayatkan dari Aishah bahwa ia berkata “Ya Rasulullah saw! Jika kau menemukan
Malam Lailatul Qadr apa yang harus kuucapkan?”
Beliau menjawab,
Katakan : ““Ya Allah! Sesungguhnya, engkau adalah Maha Pemberi Ampunan, Engkau menyukai ampunan, jadi maafkanlah aku.” [Ahmad 6:182]
Beliau menjawab,
Katakan : ““Ya Allah! Sesungguhnya, engkau adalah Maha Pemberi Ampunan, Engkau menyukai ampunan, jadi maafkanlah aku.” [Ahmad 6:182]
At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibn Majah
telah meriwayatkan hadis ini. At Tirmidzi berkata “Hadis ini adalah Hasan
sahih.” [Tahfat Al-Ahwadhi 9:495, An-Nasai in Al-Kurba 6:218, and Ibn Majah
2:1265]
Al-Hakim meriwayatkannya dalam Mustadrak (dengan rangkain riwayat yang berbeda) dan dia mengatakan bahwa hadis ini adalah otentik berdasarkan pada kriteria dua Syekh (Al-Bukhari dan Muslim). [Al-Hakim 1:530]. An nasai juga meriwaytakannya. [An-Nasai in Al-Kubra 6:219]
Al-Hakim meriwayatkannya dalam Mustadrak (dengan rangkain riwayat yang berbeda) dan dia mengatakan bahwa hadis ini adalah otentik berdasarkan pada kriteria dua Syekh (Al-Bukhari dan Muslim). [Al-Hakim 1:530]. An nasai juga meriwaytakannya. [An-Nasai in Al-Kubra 6:219]
Ini adalah akhir dari Tafsir Surat
Lailatul Qadr dan segala puji dan rahmay hanya milik Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
indonesian.iloveallaah.com/tafsir-surat-al-qadr-malam-kemuliaan/
dan lain-lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar